TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara, Dahlan Iskan, menegaskan tak akan mengendurkan niatnya untuk mengkaji ulang keberadaan Pertamina Energy Trading Limited (Petral). Kementerian sedang mengkaji perusahaan atau lembaga apa yang bisa menggantikan Petral untuk mengurusi pengadaan minyak mentah dan produk minyak. "Beri saya waktu," kata Dahlan kepada Tempo pekan lalu.
Dahlan mengatakan, Kementerian berkepentingan terhadap nama baik Pertamina yang sering terganggu citranya oleh tudingan praktek mafia impor minyak di Petral. Sebulan lalu, ketika Dahlan membahasnya bersama manajemen Pertamina, Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan juga tak keberatan jika anak perusahaannya di Singapura itu dibubarkan. Meski jika rencana ini terealisasi, Pertamina akan kehilangan duit sedikitnya US$ 200 juta per tahun. "Syaratnya, Pertamina tak lagi ditugaskan untuk menangani stok bahan bakar nasional," ujar Dahlan.
Dengan tak lagi mengurus pengadaan stok bahan bakar nasional, Dahlan berharap Pertamina bisa lebih fokus untuk menjadi perusahaan minyak nasional kelas dunia. "Di Malaysia juga stok bahan bakar nasional tidak diurus Petronas, tapi oleh negara," katanya.
Oleh sebab itu, menurut Dahlan, sepekan ini Kementerian akan kembali berbicara dengan Pertamina untuk membicarakan berbagai alternatif untuk menyelesaikan tudingan terhadap Petral. "Saya akan benahi, tapi perlahan."
Sebelumnya, Dahlan mengungkapkan gagasan agar Petral dibubarkan karena kerap dituding sebagai sarang mafia impor minyak. Namun, belakangan Kementerian tampak mengendur karena beberapa kali Pertamina mengungkapkan Petral telah menjalankan pengadaan minyak secara transparan.
AGOENG WIJAYA