TEMPO.CO, Jakarta - Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia membuka peluang kembali mendatangi klub-klub Liga Super Indonesia untuk rekonsiliasi. Isyarat itu diutarakan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin, Jumat 16 Maret 2012. "Bisa saja (didatangi). Sekarang bola ada di tangan mereka," katanya.
Namun Djohar belum memastikan kapan kunjungan itu akan dilaksanakan. PSSI, kata mantan staf ahli Menteri Pemuda dan Olahraga itu, saat ini dalam posisi menenangkan situasi dan menunggu perkembangan. "Nanti juga akan kami bahas (kunjungan ke klub Liga Super) di kongres tahunan PSSI di Palangkaraya."
Upaya rekonsiliasi antara PSSI dan 13 klub Liga Super sebenarnya telah dicoba pada Rabu lalu di Hotel Crown, Jakarta. Namun hanya Persib Bandung yang hadir memenuhi undangan saat itu. Sedangkan 12 klub lainnya tidak datang dengan alasan berbeda. "Pada dasarnya kami ingin masalah dualisme kompetisi ini cepat selesai. Itu saja," kata Djohar.
Selain upaya rekonsiliasi di Hotel Crown lalu, perdamaian sebenarnya telah diupayakan Komite Olahraga Nasional Indonesia. KONI, melalui instruksi Kementerian Pemuda dan Olahraga, telah memanggil PSSI dan pengelola Liga Prima Indonesia (IPL) serta Komite Penyelamat Sepak Bola Indonesia (KPSI) dan operator Liga Super, PT Liga Indonesia.
Namun pertemuan yang digagas KONI itu menemui jalan buntu.Soalnya, PSSI ngotot menolak keberadaan KPSI dengan menyatakan kisruh sepak bola Indonesia hanya terjadi di tataran kompetisi dan bukan di organisasi. Ketua KPSI Toni Apriliani menyatakan sebaliknya.
Ketua Umum KONI Tono Suratman juga telah mengeluarkan sembilan keputusan KONI yang harus dipatuhi pihak-pihak yang berkonflik. Salah satu poin keputusan itu adalah KONI mengancam akan mengambil alih kepengurusan PSSI jika kisruh yang terjadi tidak kunjung selesai. Selain itu, dualisme kompetisi yang terjadi sekarang dibiarkan berjalan masing-masing hingga selesai dan diharuskan rujuk maksimal dalam tiga tahun ke depan.
ARIE FIRDAUS