TEMPO.CO, Brebes - Tim dokter tak mampu menyelamatkan nyawa seorang balita berusia 1,5 tahun yang menelan buah rambutan pada Selasa 20 Maret 2012. Reikhan, nama balita itu, meninggal dunia setelah dokter berusaha memompa jantungnya secara manual ataupun dengan alat pacu.
“Maaf kami sudah berupaya maksimal,” ujar Yuliana Murtiningsih, dokter yang menangani Reikhan saat keluar dari ruang penanganan darurat.
Tubuh mungil itu pun terbujur kaku ketika seorang kerabat bersiap menggendongnya. Balita asal Desa Gandasuli Kecamatan Brebes Kabuptaen Brebes ini tak bisa diselamatkan setelah menelan buah rambutan saat diasuh neneknya.
Yuliana mengaku telah mengupayakan resusitasi dengan cara pijat jantung dan napas buatan, tapi upaya ini gagal karena kondisi Reikhan telah berhenti bernapas lebih dari 10 menit. “Pasien datang sudah dalam keadaan tak bernapas,” ujar Yuliana.
Kondisi ini menyebabkan harapan selamat sangat kecil. Yuliana mengaku kematian anak pasangan Joni dan Yuli ini akibat biji rambutan yang menyumbat rongga jantung. “Ia tak mampu bernapas,” katanya.
Yuliana mengimbau agar kejadian ini menjadi catatan bagi orang tua balita di Brebes dan sekitarnya. Hal ini sengaja ia sampaikan terkait banyaknya kasus serupa. Berdasarkan catatan yang ada, Rumah Sakit Umum Daerah Brebes telah menangani tiga kasus penyumbatan rongga jantung balita yang belum bisa mengunyah. Dua di antaranya gagal diselamatkan termasuk kasus Reikhan, sementara satu kasus balita asal Pemalang diselamatkan 15 menit setelah menelan jeli saat perjalanan menuju Jakarta. “Yang selamat itu akibat ketanggapan pengemudi bus yang sadar akan kesalamatan balita, saat itu bus langsung diputar ke rumah sakit,” katanya.
Joni, ayah Reikhan, mengaku awalnya tak menyanggka dengan insiden yang menyebabkan putranya meninggal dunia ini. Ia dan istrinya sengaja menitipkan Reikhan kepada nenek karena sibuk bekerja sebagai petani. “Ini kesalahan saya yang tak mampu menjaga,” ujar Joni singkat.
EDI FAISOL