TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Penelitian Sumber Daya Regional Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Dundin Zainuddin mengungkapkan anggaran penelitian untuk lembaganya sebesar Rp 1,9 miliar telah dikurangi 9 persen. Pemotongan anggaran ini dilakukan pemerintah untuk mengantisipasi kenaikan harga bahan bakar minyak. "Tahun ini sudah dikurangi Rp 116 juta sebagai antisipasi kenaikan harga BBM," katanya kepada Tempo, Senin, 19 Maret 2012.
Menurut Dundin, dana penelitian di Indonesia yang hanya sekitar 0,1 persen dari pendapatan nasional dirasakan makin tidak mencukupi. "Pemerintah katanya hanya memotong biaya perjalanan, padahal itulah jiwa penelitian, karena semua data primer kan didapat dari lapangan. Kalau dana dikurangi, kita melakukan penelitian lapangan macam apa?" ujarnya.
Lebih lanjut, Dundin menjelaskan, sebagai akibat dari pengurangan anggaran penelitian tersebut, para peneliti terpaksa mengurangi kinerja penelitian. LIPI juga harus merevisi kinerja penelitian dengan mengurangi beberapa tolok ukur penelitian. "Implikasinya mengurangi 50-60 persen tolak ukur penelitian, " katanya.
Peneliti senior LIPI bidang antropologi, Fadjar Ibnu Thufail, mengatakan dana penelitian Rp 125 juta per tahun untuk tim penelitian tidaklah mencukupi. Dana tersebut digunakan untuk seluruh kegiatan penelitian sampai penerbitan dan juga honor. "Dana itu hanya cukup untuk satu penelitian dan satu daerah. Kalau penelitian di Papua habis untuk membayar tiket perjalanan," ujarnya mengeluh.
Pihak Kementerian Riset dan Teknologi membantah adanya pemotongan anggaran penelitian. Pengurangan anggaran 10 persen dimaksudkan untuk penghematan, bukan pemangkasan. "Hanya penghematan, bukan pemotongan," ujarnya. Hasil penghematan dialokasikan dalam bentuk kegiatan yang berbeda," kata Kepala Hubungan Masyarakat Kementerian Riset dan Teknologi Wawan Bayu.
Secara terpisah, Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Djoko Santoso menyatakan, di kementeriannya, tidak ada pemangkasan anggaran penelitian pendidikan tinggi. Dia menjelaskan pihaknya setiap tahun menyiapkan dana anggaran penelitian sekitar Rp 500 miliar. "Kami siapkan untuk semua perguruan tinggi negeri dan swasta," ujarnya.
Rektor Universitas Indonesia Gumilar Rusliwa Somantri menilai anggaran penelitian sangat penting sehingga justru harus ditambah, bukan dikurangi. UI sendiri mengalokasikan Rp 38-60 miliar per tahun untuk pos penelitian. "Bagaimanapun, penelitian penting, perlu dana yang besar untuk riset," katanya.
Gumilar menjelaskan, di negara lain, anggaran dana untuk riset mencapai 2 persen dari total pendapatan nasional. Dengan anggaran yang hanya 0,1 persen dari pendapatan nasional, ia menyarankan agar pemerintah menambah dana riset. "Agar para periset lebih bergairah untuk menemukan gagasan baru dalam menjawab persoalan bangsa," katanya.
AFRILIA SURYANIS