TEMPO.CO, Kairo - Al-Ikhwan Al-Muslimun, kelompok Islam yang menguasai parlemen Mesir setelah runtuhnya Husni Mubarak, diprediksi bakal maju dalam pemilihan kursi presiden, Juni mendatang. Beberapa pengamat politik Mesir menilai sikap itu diambil menyusul kekecewaan Al-Ikhwan terhadap deretan nama bakal calon presiden yang mereka anggap tidak memenuhi syarat.
"Dari ratusan nama tidak ada satu pun yang sesuai dengan kriteria kami," ujar Juru Bicara Al-Ikhwan, Mahmoud Ghozlan, kemarin.
Komentar Ghozlan merupakan indikasi terpenting dari sikap kelompok Islam yang sering dituduh beraliran keras itu soal kesempatan merebut kursi presiden. Namun buru-buru ia menangkis berondongan pertanyaan lanjutan soal siapa yang akan digadang penguasa setengah jumlah kursi parlemen itu.
"Masih terlalu prematur, pekan ini kami akan lakukan rapat untuk menentukan sikap yang lebih tegas," katanya.
Sebelumnya akhir tahun lalu Al-Ikhwan pernah untuk tidak ikut campur dalam perebutan kursi presiden Mesir. Mereka lebih memilih untuk menguatkan pemerintahan parlementer yang sudah mereka kuasai. Atas sikap Al-Ikhwan, beberapa pengamat Mesir berspekulasi bahwa telah terjadi perpecahan di tubuh Ikhwanul.
Perpecahan terjadi antara kaum muda dan para senior. "Al-Ikhwan muda ingin memimpin di kursi presiden dengan kandidat yang mereka ajukan sendiri, sedangkan kubu senior terus berhitung manfaat dan keburukannya," ujar Omar Ashour, seorang ahli gerakan Islam dari Inggris Exeter University.
Namun gonjang ganjing apa pun yang terjadi di dalam Al-Ikhwan, kelompok itu harus segera memutuskan karena 23 Mei adalah batas pendaftaran calon presiden Mesir.
WASHINGTON POST| BBC| SANDY INDRA PRATAMA