Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Niat Keraton Yogyakarta Pisah dari NKRI Mustahil

image-gnews
Warga Yogyakarta pendukung penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur DI Yogyakarta menggelar apel siaga di Alun-Alun Pakualaman Yogyakarta, Minggu (25/3). TEMPO/Pribadi Wicaksono
Warga Yogyakarta pendukung penetapan Gubernur dan Wakil Gubernur DI Yogyakarta menggelar apel siaga di Alun-Alun Pakualaman Yogyakarta, Minggu (25/3). TEMPO/Pribadi Wicaksono
Iklan

TEMPO Interaktif, Yogakarta - Fraksi Demokrat di DPRD Daerah Istimewa Yogyakarta menilai dukungan kerabat Keraton Yogyakarta memisahkan diri dari Indonesia dinilai emosional. Sebab struktur Anggaran Pendapatan dan Belanja DIY masih tergantung pada pemerintah pusat. “Itu namanya tidak masuk akal,” kata Ketua Fraksi Demokrat DPRD DIY, Putut Wiryawan, Senin 26 Maret 2012.

Dalam acara Apel Siaga Rakyat Yogyakarta Pro-Penetapan di depan Puro Pakualaman, Ahad 25 Maret 2012, muncul spanduk bertulisan “Kami Siap Berpisah”. Tulisan itu menimbulkan berbagai tanggapan baik dari dalam keraton maupun masyarakat umum.

“Kalau memang rakyat Yogya maunya begitu (berpisah dari NKRI), mau tidak mau kami harus konsekuen (mendukung). Toh, kami juga mampu,” kata adik kandung Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sultan Hamengku Buwono X, GBPH Joyokusumo.

Seumpama pisah, menurut Joyokusumo, Yogyakarta bisa hidup dari sektor wisata, pendidikan, potensi tambang pasir besi di Kulonprogo dan aset tanah. Sumber pendapatan ini diragukan sanggup menutup biaya pengelolaan pemerintahan.

Putut mengatakan pendapatan asli daerah selama ini tak beranjak dari Rp 1 triliun. Sumbernya sangat kecil, yaitu retribusi. “Mau mensejahterakan rakyat pakai apa. Ada puluhan ribu pegawai negeri,” kata dia.

Menurut guru besar politik Universitas Gadjah Mada Profesor Dr. Ichlasul Amal, ketergantungan Yogyakarta terhadap subsidi pemerintah pusat paling besar dibanding daerah lain. Angka subsidinya mencapai Rp 6,7 triliun, sehingga ide pemisahan itu sangat mustahil. "Itu nanti apa malah tidak jadi bahan tertawaan?”

Menurut Ichlasul, dari segi strategi politik gagasan pemisahan sangat naif. “Saya kira Sultan juga tidak setuju dengan pemisahan itu. Bukan itu maksudnya penetapan," kata dia.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Adapun politikus PDI Perjuangan pendukung penetapan Youke Agung Indra Laksana menilai dukungan Keraton untuk memisahkan diri dari Indonesia saat ini momentumnya tepat. Tapi, dia mengingatkan, prinsip NKRI adalah prinsip utama yang dijaga PDI Perjuangan. “Niat memisahkan diri itu sebagai bentuk politik keraton menekan pusat,” ujar Ketua DPRD DIY ini.

Youke mengaku tak tahu apakah Yogyakarta mampu berdiri sendiri karena 40 persen APBD DIY berasal dari subsidi pemerintah pusat. Pada 2012 pemerintah pusat menggelontorkan dana untuk APBD DIY sebesar Rp 4,65 triliun.

Politikus Golkar yang propenetapan, Ahmad Subangi, mengatakan dukungan kerabat Keraton terhadap aspirasi memisahkan diri dari Indonesia merupakan pernyataan emosional. “Karena selama ini aspirasi itu ternyata masih tak didengar dan diselesaikan,” kata Subangi yang juga Ketua Komisi A DPRD DIY.

Sementara kerabat keraton Yogyakarta GBPH Prabukusumo mengatakan jika pembahasan RUUK tak kunjung selesai, pihaknya tak lantas akan menempuh jalan pemisahan diri. “Jangka panjang kami siapkan dengan mengangkat persoalan ini ke Mahkamah Internasional,” kata adik tiri Sultan ini.

PRIBADI WICAKSONO

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan

Cerita dari Kampung Arab Kini

8 hari lalu

Cerita dari Kampung Arab Kini

Kampung Arab di Pekojan, Jakarta Pusat, makin redup. Warga keturunan Arab di sana pindah ke wilayah lain, terutama ke Condet, Jakarta Timur.


Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

11 hari lalu

Suasana Open House Lebaran yang digelar Gubernur DIY Sri Sultan HB X di Komplek Kepatihan Yogyakarta, Selasa 16 April 2024. TEMPO/Pribadi Wicaksono
Begini Antusiasme Ribuan Warga Ikuti Open House Sultan Hamengku Buwono X

Sekda DIY Beny Suharsono menyatakan open house Syawalan digelar Sultan HB X ini yang pertama kali diselenggarakan setelah 4 tahun absen gegara pandemi


Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

48 hari lalu

Ilustrasi Keraton Yogyakarta. Shutterstock
Menengok Sejarah 13 Maret sebagai Hari Jadi DIY dan Asal-usul Nama Yogyakarta

Penetapan 13 Maret sebagai hari jadi Yogyakarta tersebut awal mulanya dikaitkan dengan Perjanjian Giyanti pada 13 Februari 1755


DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

52 hari lalu

Ziarah ke makam Kotagede Yogyakarta pada Kamis, 6 Maret 2024 digelar menjelang peringatan hari jadi ke-269 DIY (Dok. Istimewa)
DI Yogyakarta Berulang Tahun ke-269, Tiga Lokasi Makam Pendiri Mataram Jadi Pusat Ziarah

Tiga makam yang disambangi merupakan tempat disemayamkannya raja-raja Keraton Yogyakarta, para adipati Puro Pakualaman, serta leluhur Kerajaan Mataram


Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

56 hari lalu

Perhelatan Sarkem Fest 2024 digelar di Yogyakarta. (Dok. Dinas Pariwisata Yogyakarta)
Ketua Komisi A DPRD DIY: Tidak Boleh Sweeping Rumah Makan Saat Ramadan

Ketua Komisi A DPRD DIY Eko Suwanto menegaskan tidak boleh ada sweeping rumah makan saat Ramadan. Begini penjelasannya.


Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

20 Januari 2024

Ilustrasi badai. Johannes P. Christo
Badai Tropis Anggrek Gempur Gunungkidul, Ada 27 Kerusakan

Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat 27 kejadian kerusakan dampak Badai Tropis Anggrek yang terdeteksi di Samudera Hindia.


Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

4 Januari 2024

Hujan akibatkan kanopi di Stasiun Tugu Yogyakarta roboh, Kamis, 4 Januari 2024. Tempo/Pribadi Wicaksono
Yogyakarta Dilanda Hujan Lebat dan Angin Kencang, BMKG : Potensi Sama sampai Minggu

BMKG menjelaskan perkiraan cuaca Yogyakarta dan sekitarnya hingga akhir pekan ini, penting diketahui wisatawan yang akan liburan ke sana.


Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

8 Desember 2023

Gunung Merapi meletus lagi, mengirim material vulkanik hingga setinggi tiga kilometer di atas puncak gunung itu, Jumat pagi 10 April 2020. Letusan itu adalah yang ketujuh sejak yang pertama Jumat pagi 27 Maret lalu. FOTO/DOK BPPTKG
Gunung Merapi Keluarkan Awan Panas, Sejumlah Desa Terkena Dampak

Gunung Merapi di perbatasan antara Jawa Tengah dan Yogyakarta mengeluarkan awan panas guguran.


Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

8 Desember 2023

Ketua Umum Partai PSI Giring Ganesha (kanan) memakaikan jaket partai kepada Ade Armando (kiri), sebagai simbol bergabung partai PSI di kantor DPP partai PSI, Jakarta Pusat, Selasa, 11 April 2023. Ketua Umum partai PSI mengumumkan bergabungnya Ade Armando menjadi kader Partai PSI. TEMPO/MAGANG/MUHAMMAD FAHRUR ROZI.
Kader PSI Ade Armando Dilaporkan ke Polisi Dijerat UU ITE, Begini Bunyi Pasal dan Ancaman Hukumannya

Politikus PSI Ade Armando dipolisikan karena sebut politik dinasti di Yogyakarta. Ia dituduh langgar Pasal 28 UU ITE. Begini bunyi dan ancaman hukuman


Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

8 Desember 2023

Masyarakat berebut gunungan Sekaten di halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta Kamis (28/9). Dok. Keraton Yogyakarta.
Begini Sejarah Panjang Yogyakarta sebagai Daerah Istimewa

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki sejarah panjang hingga memiliki otonomi khusus. Berikut penjelasannya.