TEMPO.CO , Jakarta - Ahli astrofisika berkebangsaan Indonesia, Johny Setiawan, menemukan dua planet tertua di jagat raya. Planet raksasa tersebut tercipta saat alam semesta masih seumur jagung.
Dua planet tersebut ditemukan sedang memutari bintang induk bernama HIP 11952. Bintang ini memiliki massa 83 persen massa matahari dengan jari-jari sekitar 1,5 kali lebih besar. Penelitian terhadap uraian cahaya bintang menunjukkan HIP 11952 miskin unsur berat.
Bintang dengan kandungan metal yang rendah telah lama diketahui sebagai benda langit yang terbentuk pada permulaan usia alam semesta. Benar saja, HIP 11952 diketahui berusia 12,8 miliar tahun atau tercipta satu miliar tahun setelah Dentuman Besar. Sebagai perbandingan, matahari baru berusia 4,5 miliar tahun.
Survei terbaru yang dilakukan Johny bertujuan mempelajari pergeseran spektrum cahaya bintang. Ia bersama rekan peneliti dari insitusi penelitian di Amerika Serikat dan Jerman menggunakan teleskop berdiameter 2,2 meter yang terletak di Observatorium La Silla, Cile. Pengamatan selama satu setengah tahun hingga Januari 2011 memperlihatkan keberadaan dua benda yang mengganggu peredaran bintang.
"Kami menemukan dua planet yang memutari bintang induk setiap 290 dan 7 hari," kata dia dalam laporan penelitiannya.
Kedua planet tersebut dinamakan HIP 11952 b dan HIP 11952 c. Johny menghitung massa planet tersebut masing-masing 0,78 dan 2,93 massa Jupiter. Kedua planet terpisah dari bintang induk sejauh 0,81 dan 0,07 jarak Bumi-matahari.
"Sistem HIP 11952 merupakan tata surya tertua yang diketahui astronom," kata dia.
Menurut dia, sistem keplanetan ini terbentuk ketika Galaksi Bimasakti sebagai rumah bintang-bintang--termasuk matahari--baru terbentuk. Karena itu tata surya ini juga dimasukkan sebagai sistem keplanetan generasi pertama.
Temuan peneliti yang bekerja untuk Max-Planck-Insitut fur Astronomie, Jerman, ini diterbitkan bulan ini dalam jurnal Astronomy & Astrophysics yang prestisius.
Johny terlahir di Jakarta, 37 tahun yang lalu. Pendidikan sarjana ia selesaikan di Universitat Freiburg, Jerman. Gelar doktor ia dapatkan dari universitas yang sama.
ANTON WILLIAM