TEMPO.CO, Phnom penh - Menteri Perdagangan Gita Wiryawan menegaskan tak ada semangat bagi negara-negara ASEAN untuk membikin mata uang tunggal seperti kawasan Uni Eropa yang memiliki Euro.
"ASEAN berbeda dengan Uni Eropa. ASEAN belajar penerapan mata uang tunggal dari negara-negara di kawasan itu," ujar Gita kepada wartawan dalam jumpa pers seusai mengadakan pertemuan ASEAN Economic Community Council (Masyarakat Ekonomi ASEAN), Senin 2 April 2012.
Ide membuat mata uang tunggal di kawasan ASEAN memang sempat mencuat pada 2011. Namun, seiring dengan memburuknya kawasan Eropa dengan mata uang tunggal Euro, membuat banyak negara ASEAN berpikir ulang. Mata uang tunggal diangap bisa berdampak buruk bagi kondisi ekonomi bila terjadi krisis di Asia Tenggara. Soalnya, kapasitas ekonomi di negara-negara ASEAN masih sangat beragam.
Sekretaris Negara Kementerian Ekonomi dan Keuangan Kamboja Kong Vibol tahun lalu mengingatkan, penerapan mata uang tunggal akan sangat rawan jika terjadi krisis. "Sebagaimana yang terjadi saat (krisis) 2007 - 2008, maka negara-negara ASEAN harus membangun sistem keuangan yang jauh lebih tahan krisis," katanya.
Alih-alih mengurus mata uang tunggal, kata Gita, ASEAN kini memfokuskan diri pada kerjasama dalam kawasan ASEAN sendiri. Karena, saat ini nilai perdagangan antarsesama negara ASEAN mencapai US$ 2 triliun. Indonesia saja nilai perdagangannya mencapai US$ 1 triliun.
Gita menambahkan, dengan nilai perdagangan itu, negara-negara ASEAN yakin perdagangan intra-ASEAN sudah bisa membantu perekonomian di kawasan ini. Saat ekonomi Eropa dan Amerika melemah, negara-negara ASEAN bisa memaksimalkan potensinya dengan menjalin kerjasama antarnegara ASEAN.
Dia membeberkan sejumlah data. Saat ini nilai investasi penanaman modal asing (PMA) di kawasan ini mencapai US$ 20 miliar. Investasi yang dilakukan oleh Singapura mencapai US$ 5 miliar. Angka itu menurut Gita tak bisa dipandang remeh.
Dalam industri pariwisata, peran kerjasama antarnegara ASEAN juga besar. Saat ini jumlah wisatawan yang datang ke ASEAN mencapai 79 juta orang. Dari jumlah itu yang datang dari negara ASEAN sendiri mencapai 30 juta orang.
"Ini pasar yang besar untuk diversifikasi pasar yang sudah ada selain Eropa dan Amerika Serikat," katanya lagi. Indonesia sendiri juga akan menggarap pasa nontradisional seperti Afrika, Amerika Latin, Asia Tengah. Bahkan, Indonesia akan menjadi tuan rumah untuk pertemuan negara-negara ASEAN dan negara-negara Amerika Latin pada awal Juli 2012.
Burhan Sholihin (Phnom Penh)