TEMPO.CO, Yogyakarta - Warga yang tergabung dalam Paguyuban Bakpia Pathuk Yogyakarta mengeluhkan adanya rambu larangan yang menutup akses masuk bus wisatawan ke wilayah mereka di kawasan sentra produksi bakpia Jalan KS Tubun, Pathuk, Yogyakarta.
Rambu larangan melintas untuk bus wisata itu mulai diberlakukan pertengahan Februari 2012 lalu pada ruas utama, yakni di ujung jalan Bhayangkara yang menjadi ruas percabangan menuju Jalan KS Tubun.
“Sejak bus wisatawan tak boleh masuk, penurunan omzetnya sangat drastis, sampai 30 persen. Aturan itu sangat berdampak bagi hidupnya sentra bakpia ini,” kata perwakilan pedagang yang juga Ketua Paguyuban Bakpia Pathuk, Buang W, saat mendatangi Kantor Kelurahan Purwodiningratan, Senin 2 April 2012.
Para pedagang mendesak rambu larangan itu ditata ulang, sehingga akses bus wisata bisa kembali seperti semula. Terlebih, bakpia sendiri selama ini masih menjadi satu daya tarik utama oleh-oleh khas Yogyakarta, yang pusat produksinya tersebar di kawasan Pathuk.
Sebelum ada larangan itu, di hari biasa selalu ada wisatawan baik domestik dan mancanegara yang mampir ke kawasan yang berdekatan dengan Jalan Malioboro itu untuk membeli oleh-oleh. Pada hari biasa, minimal ada dua sampai tiga bus pariwisata yang datang. Sedangkan pada Sabtu-Minggu atau musim liburan panjang, bus yang datang dalam sehari berkisar 15-20 bus.
“Meski bus ramai, selama ini kan juga tidak ada permasalahan kemacetan karena sudah disediakan kantong-kantong parkir,” kata dia.
Selain bakal mematikan kawasan kuliner lokal itu, penutupan akses jalan dinilai juga bakal mematikan usaha industri rumahan lainnya, seperti kerajinan yang juga tersebar di wilayah yang masih berbatasan dengan kawasan pecinan itu.
Sementara pedagang lain dalam paguyuban itu, Widodo, mengatakan kebijakan penutupan itu juga memberatkan pelaku wisata lain, seperti sopir bus. Sebab ketika ada bus pariwisata yang menerobos, akan dikejar-kejar polisi dan ditilang. Padahal kedatangan wisatawan ini sangat dinantikan para pengusaha bakpia.
“Kami sendiri selama ini juga tak pernah diberitahu soal penutupan ini, tak ada sosialiasi, tiba-tiba ada larangan itu,” kata Widodo.
PRIBADI WICAKSONO