TEMPO.CO, Jakarta - Bank Dunia memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan Belanja Negara Indonesia berpotensi mencapai 3,1 persen dari Produk Domestik Bruto. Hal itu akan terjadi jika pemerintah tak menaikkan harga bahan bakar minyak, sehingga beban subsidi bakal meningkat.
Dalam keterangan tertulis Rabu 4 April 2012, Bank Dunia mengatakan anggaran negara bakal membengkak lantaran pemerintah Indonesia mempertahankan subsidi 50 persen pada bahan bakar. Saat ini harga patokan minyak mentah Indonesia (Indonesian Crude Price/ICP) mencapai US$ 128 per barel atau setara Rp 9 ribu per liter. Dengan harga jual Rp 4.500 per liter, pemerintah Indonesia menanggung setengah dari biaya konsumsi bahan bakar masyarakat.
Ekonom Bank Dunia untuk Indonesia, Shubham Chaudhuri, mengatakan akan lebih produktif jika subsidi bahan bakar itu diarahkan pada infrastruktur atau pendidikan yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia ke level 7 persen atau lebih. "Hal itu lebih produktif daripada mengucurkan subsidi yang hanya dinikmati orang kaya." kata dia seperti dikutip Associated Press.
Di sisi lain, kebijakan penundaan kenaikan harga bahan bakar bisa menekan inflasi di level 5,4 persen. Namun, jika pemerintah menaikkan harga bahan bakar pada kuartal ketiga tahun ini, tingkat inflasi bisa tembus 8,5 persen. Meski begitu pertumbuhan ekonomi tetap mencapai 6,1 persen.
Pekan lalu, Dewan Perwakilan Rakyat menghambat rencana pemerintah Indonesia untuk menaikkan harga bahan bakar bersubsidi 33 persen bulan ini. Tetapi ada kemungkinan harga naik jika rata-rata ICP naik 15 persen dari US$ 105 per barel selama enam bulan.
EKA UTAMI APRILIA