TEMPO.CO , Palangkaraya: Mungkin nama sayuran ini sangat asing bagi sebagian orang karena namanya yang tidak populer. Namun orang pelancong yang sering ke tanah Dayak paling mencari sayuran yang terbuat dari bonggol kelapa ini. Dan bagi suku Dayak, juhu (sayur) umbut kelapa ini merupakan masakan favorit yang wajib dihidangkan di setiap diadakan acara-acara seperti pesta perkawinan, upacara kematian, ataupun acara syukuran.
Bila orang Jawa mengenal sayur rebung, sayuran yang terbuat dari inti (bongkol) pohon bambu, maka sayur singkah ini juga berasal dari bongkol. Tapi, sayur singkah ini bukan diambil dari bongkol pohon bambu tapi bongkol pohon kelapa.
Bentuk dan warnanya tidak jauh berbeda dengan rebung: putih. Yang membedakan, sayuran ini jauh lebih manis bila dibandingkan dengan rebung. Ini mungkin karena asalnya dari kelapa. Tak heran bila suku Dayak menyukai sayuran ini masih dalam kondisi mentah (belum dimasak). Mereka akan memakannya dengan dicampur dengan sambal.
Muliyani, dari bagian Hubungan Masyarakat Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, mengatakan keberadaan sayur umbut kelapa ini sudah ada sejak zaman leluhur orang Dayak. Menurut dia, sayuran ini juga dipakai untuk upacara-upacara adat zaman dulu.
Wanita asal suku Dayak Ngaju ini mengatakan pada zaman dulu masyarakat Dayak selalu menanam sekitar 2-3 pohon kelapa di halaman rumahnya. Bila ada acara-acara seperti kematian atau perkawinan maka warga Dayak akan menebang 12 batang pohon untuk diambil inti (bongkol) yang berada di bagian akar pohon.
Pada zaman dahulu para tetua suku Dayak mengambil umbut dari pohon kelapa buah yang sudah beranjak tua. Pohon ini ditebang. Pada batang kelapa di bagian dasar yang berada dalam tanah (bonggol) dikupas dari kulit luarnya hingga yang tersisa adalah bagian dalam (inti) kelapa bewarna putih agak lunak (bonggol).
Dan bonggol atau umbut ini yang nantinya dibuat sebagai sayur yang dikenal dengan sayur umbut kelapa. Seiring dengan perkembangan zaman, bukan hanya umbut kelapa yang bisa digunakan sebagai sayur. Umbut dari kelapa sawit yang banyak tumbuh di Kalimantan ternyata bisa dimanfaatkan untuk sayuran.
Dalam kondisi masih mentah, umbut yang warnanya putih bersih ini terasa manis dan bisa dikonsumsi langsung. Namun tentunya akan lebih lezat dan mak nyuss bila dijadikan sayur masak dengan dicampuri berbagi tambahan seperti daging.
“Jadi mereka ini bila ada acara-acara cukup dengan menebang pohon ini dan kemudian mengolahnya menjadi sayuran untuk kemudian dibagikan kepada para tamu. Jadi di sini pengertiannya, suku Dayak zaman dulu tidak ingin membebani orang lain bila ada hajatan dan cukup mengambil hasil dari kebun mereka sendiri,” ujar Muliyani.
Menurut dia, proses memasak sayuran ini sangat mudah dan cepat. Bagi orang Dayak, sayur ini hanya direbus kemudian diberi bumbu-bumbu seperti layaknya membuat sayur sop dan kemudian dicampur dengan ikan atau daging sesuai dengan selera.
Hampir semua orang Dayak bisa membuat jenis sayuran ini. Dan karena sayuran ini dinilai hanya dihadirkan untuk acara tertentu, maka jarang ada warung khas Dayak yang menjualnya. Dan kalaupun ada, sayur ini tidak setiap saat dihadirkan untuk dijajakan. Ini karena hampir semua orang Dayak bisa membuat sayuran ini dan akan menghadirkan sayuran ini untuk para tetamunya bila ada hajatan.
Kalaupun ada, hanya satu-dua pedagang yang menjual makanan jenis ini. Untuk mendapatkannya, pelanggan bisa memperoleh di rumah makan khas Dayak seperti di RM. Samba di jalan RTA Milono (berdekatan dengan Bank pembangunan Kalteng) atau RM. Palangka di Jalan george Obos, Palangkaraya. Harga per porsi cukup murah: Rp 10-15 ribu
KARANA WW