TEMPO.CO, Yogyakarta - Penyanyi dan presenter Melanie Subono merasa galau dengan kondisi sebagian kaum perempuan di Indonesia saat ini yang masih belum sepenuhnya merdeka.
“Masih banyak yang merasa hidup dalam alam mimpi sinetron yang setiap hari disuguhkan di televisi kita. Persoalan yang ada pun disikapi dengan cara sinetron,” kata Melanie ketika ditemui Tempo di sela mengisi acara Voice from the East di Yogyakarta, Sabtu malam, 14 April 2012.
Melanie mencontohkan kasus dalam kehidupan rumah tangga. Misalnya, banyak perempuan masih memasrahkan nasibnya menjadi bawahan kaum lelaki. Karena kehidupan ekonomi masih bergantung sepenuhnya pada si lelaki, sang perempuan terpaksa mengalah hingga menerima kekerasan fisik. “Dan sikap pasrah itu potret sikap yang ditawarkan sinetron sehari-hari,” katanya.
Melanie mengaku bukanlah seorang feminis radikal yang serta-merta menuntut kesetaraan gender. Musikus berusia 35 tahun itu percaya kesetaraan 'saklek' perempuan dan laki-laki sangat sulit terwujud. “Yang ada, saling mendukung. Laki-laki itu kepalanya, perempuan lehernya. Tanpa leher, kepala tak bisa gerak. Begitu juga sebaliknya, tanpa kepala, leher juga mau apa,” katanya.
Kehidupan mimpi sinetron pada perempuan itu, Melanie menambahkan, juga menjauhkan perempuan dari realitas yang sebenarnya. Mereka pun jadi makin gampang diperalat. “Masih sering ditemui perempuan itu bingung ketika tak bisa mendapatkan baju bermerek atau fashion lain yang ternama. Mimpinya, kalau sudah memakai itu, akan mendapat sanjungan seperti di sinetron,” kata Melanie.
Ketimbang berburu baju bermerek, putri raja konser Adrie Subono ini lebih memilih mengantre pakaian bal-balan. Pakaian bekas yang biasa ditawarkan di kawasan Pasar Senen. Saat konser malam itu, perempuan yang terlibat dalam berbagai organisasi lingkungan dan hak asasi manusia itu juga memamerkan gaun putih yang didapat dari hasil berburu produk awul-awul alias obralan.
Jempol kakinya pun sempat dipamerkannya karena sepatu Converse-nya bagian depan sudah menganga dan tetap dipakai saat manggung. ”Tapi semua terserah. Buatku, menonton sinetron malah tambah bikin bego karena yang dijual mimpi, padahal kita masih hidup di kenyataan yang keras, ” kata dia.
PRIBADI WICAKSONO