TEMPO.CO, Yogyakarta – Wali Kota Yogyakarta Haryadi Suyuti menanggapi santai sejumlah teror bom yang terjadi di wilayahnya. “Banyaknya bom itu kapan?” tanyanya seusai mengikuti rapat paripurna di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Yogyakarta, Rabu 18 April 2012.
Selasa kemarin, teror bom terjadi di Kota Yogyakarta. Sebuah aki kering meledak di kompleks Stadion Mandala Krida, pukul 12.10 WIB. Peristiwa itu terjadi lima menit seusai persidangan dengan terdakwa Ketua Front Pembela Islam (FPI) Jateng-DIY Bambang Teddy di Pengadilan Negeri Yogyakarta, yang hanya berjarak 200 meter dari lokasi ledakan. “Baru sekali saja sudah dibilang banyak,” kata Haryadi menanggapi peristiwa itu.
Padahal, dalam sepanjang April ini, Kota Yogyakarta dilanda dua kali teror bom. Selain teror bom di stadion, satu teror yang lain bahkan terjadi di kompleks Balai Kota Yogyakarta. Selasa, 3 April lalu, sebuah tas hitam bertuliskan “Awas Ada Bom” ditemukan tergantung di pagar utara kantor Balai Kota Yogyakarta, di Jalan Kenari.
Setelah diperiksa tim Gegana Brimob Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta, ditemukan dua bata merah di dalam tas. Meski tak terbukti ada bom di dalam tas, peristiwa itu telah membuat geger pegawai kantor Balai Kota.
Bagi Haryadi, sebagai Kota Budaya, Yogyakarta harus tetap aman dan nyaman. Berjanji menangani dengan serius ancaman teror itu, lanjut dia, penanganan ancaman, “Itu domain (petugas) keamanan,” katanya.
Berbeda dengan pihak eksekutif, legislator asal Kota Yogyakarta justru khawatir dengan teror bom yang terjadi belakangan ini. “Ada apa dengan Yogya sekarang ini?” tanya Ketua Komisi A Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Yogyakarta Chang Wendryanto.
Teror bom, kata dia, jelas berpengaruh pada rasa aman di masyarakat. Ia khawatir, ancaman teror bom itu bisa berpengaruh pada kondisi pariwisata dan pendidikan di Kota Yogyakarta. Rencananya, Komisi berniat menggelar pertemuan dengan kepolisian untuk mempertanyakan kondisi pengamanan di kota.
ANANG ZAKARIA