TEMPO.CO, Jakarta - Sebelum bertolak mendaki Gunung Tambora, Nusa Tenggara Barat, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Widjajono Partowidagdo salat Jumat di Masjid Baiturrahman Kota Dompu, 20 April 2012. Usai salat, ia memesan ikan kakap laut palumara, cumi, udang, dan jus jeruk di Rinjani Restoran, Kota Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Kepada pemilik restoran, Siti Hadijah, Widjajono mengatakan ingin santap makanan khas masyarakat Kota Dompu, seperti ikan laut palumara. “ Pak Wamen memesan ikan kakap laut palumara,” kata Hadijah kepada Tempo, Ahad 22 April 2012.
Menurut Siti, Wamen Widjajono juga memesan 20 kotak nasi untuk bekal di pendakian. Dari Restoran Rinjani, Widjajono bertolak ke Tambora sekitar pukul 02.00 Wita menggunakan dua mobil yang disiapkan oleh Pemerintah Kabupaten Bima.
Widjajono bersama rombongan tim pendaki dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral serta mahasiswa pencinta alam tak bisa menyelesaikan ekspedisi. Widjajono jatuh pingsan akibat kelelahan dan sesak napas ketika mencapai ketinggian 2.350 meter di atas permukaan laut. Kondisi Widjajono memburuk hingga kritis lalu meninggal saat evakuasi.
Widjajono sempat mengucapkan “Allahu Akbar” tiga kali dan meminta air hangat. “Wamen mengucapkan Allahu Akbar tiga kali sebelum pingsan,” kata Kepala Dinas Pertambangan Kabupaten Bima, Ilham Sabil.
Ilham mengatakan Widjajono sudah menelepon dan mengungkapkan niatnya untuk menaiki Gunung Tambora dengan tujuan pembangunan geowisata. Wamen datang dengan asistennya, Puji Tarwinta. “Karena dikenali warga Tambora, banyak yang merebut untuk berjabat tangan,” kata dia.
Ilham yang mendampingi Widjajono bercerita, sebelumnya Wamen berteriak minta air. Tak lama kemudian, Widjajono kejang dan pingsan. ”Saya lihat air mata setetes di mata kiri,” kata Ilham. “Saya menyampaikan kalau beliau sudah mati, setelah saya coba memegang urat nadi yang sudah tak bergerak lagi.”
Menurut Ilham, untuk menghindari kepanikan rombongan pendaki, ia sengaja tidak menyampaikan bahwa Widjajono telah wafat. Petugas pemantau kegunungapian Tambora, Abdul Haris, mengatakan, dalam rombongan yang berjumlah sekitar 20 orang ini, sebagian muntah-muntah, sebagian lagi mual dan pusing. “Mereka lemas,” kata Haris.
AKHYAR H.M. NUR