TEMPO.CO, Tangerang - Motif pembunuhan Izzun Nahdiyah, mahasiswi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Ciputat, Tangerang Selatan, terungkap. Izzun ternyata dibunuh hanya gara-gara meminta laptopnya dikembalikan. “Korban menuntut agar laptop yang dipinjam pelaku dikembalikan,” kata Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Kota Tangerang Komisaris Shinto Silitonga, Selasa, 24 April 2012.
Menurut Shinto, Muhammad Soleh alias Oleng, yang diduga pelaku utama, meminjam laptop merek HP berwarna pink milik korban, kemudian menjualnya. Muhammad Soleh dikenal sebagai preman di Desa Ranca Buaya, Kecamatan Jambe, Kabupaten Tangerang, dan berpacaran dengan korban dalam tiga bulan terakhir ini.
Pada 6 April 2012, Izzun mendatangi rumah Oleng di Desa Ranca Buaya untuk mengambil laptop tersebut. Kepada korban, Oleng mengatakan laptop itu sedang direparasi. ”Korban membawa uang Rp 600 ribu untuk menebus biaya reparasi laptop itu,” kata Shinto.
Ketika sampai di rumah pelaku, korban mendesak agar laptopnya segera dikembalikan. Tapi Oleng justru menahan Izzun dan menyekapnya di dalam kamar selama beberapa jam. Selama disekap itu, Oleng merencanakan pembunuhan kekasihnya dengan lima temannya. Sebelum dibunuh, empat dari enam pelaku, termasuk Oleng, memperkosa Izzun secara bergantian. Setelah itu, korban langsung dibunuh dengan menggorok lehernya. “Para pelaku tinggal saling bertetangga,” kata Shinto.
Mayat gadis berkerudung putih itu kemudian dibuang ke Jalan Pemda DKI, Desa Ciangir, Legok, Kabupaten Tangerang. Keesokan harinya, 7 April 2012, warga Ciangir digemparkan oleh penemuan mayat Izzun.
Setelah hampir dua pekan menyelidiki kasus itu, Selasa dinihari, 24 April 2012, polisi mencokok lima tersangka pembunuh Izzun di Desa Ranca Buaya. Sedangkan Muhammad Soleh masih buron.
Menurut Shinto, para pelaku dijerat Pasal 340 Kitab Undang-undang Hukum Pidana tentang Pembunuhan Berencana, dengan ancaman hukuman mati atau penjara seumur hidup.
JONIANSYAH