TEMPO.CO, Bengkulu - Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Daerah Bengkulu menemukan adanya indikasi kebocoran soal ujian nasional SMA di Kota Bengkulu. Sebab berdasarkan hasil investigasi mereka kunci jawaban yang beredar cocok 100 persen dengan soal yang ada.
"Antara kunci jawaban yang beredar dan soal cocok seratus persen, tinggal lagi pembuktian siapa yang menyebarkan kunci jawaban tersebut," ujar Ketua KAMMI Daerah Bengkulu, Romidi Karnawan, Kamis, 26 April 2012.
Menurutnya KAMMI sengaja melakukan investigasi untuk membuktikan adanya kecurangan dalam pelaksanaan unas. Salah satunya dengan cara mencocokkan kunci jawaban yang berada dengan soal yang ada.
Kunci-kunci jawaban tersebut mereka dapatkan dari "kopelan-kopelan" siswa peserta unas. Berdasarkan hasil investigasi mereka juga hampir sebagian besar peserta mengakui mendapatkan kunci jawaban.
Ia melihat ada skenario besar di balik kebocoran jawaban unas tersebut. Meski tidak mau mengatakan siapa yang patut dipersalahkan dalam hal ini, Romidi menegaskan Dinas Pendidikan Nasional selaku penanggung jawab pelaksanaan unas wajib dievaluasi.
"Perbuatan ini sama saja dengan mengajarkan para generasi kita untuk melakukan korupsi berjemaah, Diknas dan semua pihak yang terkait dalam hal ini harus bertanggung jawab," ujar dia.
Untuk menindaklanjuti hasil investigasinya, hari ini KAMMI Daerah Bengkulu akan menyurati Polda, Dinas Pendidikan Nasional Kota dan Provinsi, untuk bersama-sama mengungkap pelaku penyebar kunci jawaban tersebut.
Romidi juga mengingatkan kembali bahwa tahun 2009 ada 16 orang kepala sekolah di Bengkulu Selatan tertangkap tangan mengerjakan soal unas. Maka tidak tertutup kemungkinan hal itu dapat terulang kembali.
Sementara itu Kepala Dinas Pendidikan Nasional Kota Bengkulu, Yunirhan, mempersilakan pihak yang berwajib untuk mengusut kebenaran terkait dengan kecurangan pelaksanaan unas.
"Karena kami secara prosedur sudah melaksanakan ujian sesuai dengan yang diamanatkan, silakan cek," ujar Yunirhan saat dihubungi via telepon genggamnya.
Kecurangan-kecurangan seperti yang banyak diberitakan menurutnya adalah tindakan pembodohan untuk merusak sistem pendidikan, juga menurunkan wibawa guru, sehingga tidak mungkin hal tersebut mereka lakukan.
PHESI ESTER JULIKAWATI