TEMPO.CO, Purbalingga – Dua pendaki asal SMA Negeri 9 Yogyakarta yang diketahui bernama Koko Setiyoko, 18 tahun, warga Jalan Kusuma Negara, dan Pandu Yustisiawan, 18 tahun, warga Jalan Godean Yogyakarta, berhasil dievakuasi oleh Tim SAR gabungan dari Basarnas, Basarda Jateng, dan SAR Purbalingga. Sebelumnya, mereka tersesat saat mendaki Gunung Slamet melalui jalur Baturaden.
“Kami menemukan keduanya pada pukul 14.17 dan berhasil membawanya turun pukul 23.30 tadi malam,” kata Koordinator Pos Pendakian Gunung Slamet Bambangan Purbalingga, Sugeng, Rabu, 2 Mei 2012.
Sugeng mengatakan, pencarian korban dilakukan oleh tiga tim yang berangkat secara bertahap. Tim pertama sebanyak delapan personel berangkat pukul 10.00 dan berhasil menemukan pendaki dalam keadaan kelelahan dan tanpa perbekalan.
Selanjutnya, kata dia, tim kedua diberangkatkan pada pukul 14.00 sebanyak delapan tim untuk menjemput tim kedua. “Kami terpaksa membuka jalur baru untuk melakukan evakuasi karena jalur lama sangat dekat dengan jurang,” katanya. Ia mengatakan, tim pertama sempat tersesat dan terpisah dari tim kedua dan ketiga. Namun akhirnya mereka bisa bertemu kembali dan turun ke Pos Bambangan.
Anggota Basarda Jawa Tengah, Rudi Setiawan, mengatakan saat dievakuasi kedua pendaki mengalami trauma ringan. “Mungkin panik karena tersesat sehingga mereka trauma,” katanya. Saat ini, kata dia, keduanya sudah pulang ke Yogjakarta setelah pihak keluarga menjemput mereka. “Dinihari tadi sudah dijemput keluarganya,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, kedua pendaki mulai naik Gunung Slamet sejak Minggu (29 April 2012) pukul 03.00. Mereka berangkat dari pos Kalipagu Baturraden, Banyumas. Keduanya diketahui tersesat setelah mereka berhasil mengirimkan pesan pendek ke keluarganya pada Senin (30 April 2012) malam.
Dhani Armanto, pegiat lingkungan yang tergabung dalam Komunitas Peduli Gunung Slamet, mengatakan jalur Baturaden memang terkenal paling sulit dibandingkan jalur lainnya. “Pendaki harus benar-benar paham navigasi darat karena banyak jalan yang bisa menyesatkan,” katanya.
Ia menambahkan, jalur Baturaden mempunyai lereng yang cukup terjal. Selain itu, banyak punggungan bukit yang harus dilalui pendaki. Hutan yang masih alami juga menjadi tantangan tersendiri bagi pendaki karena bisa menyesatkan perjalanan. Menurut Dhani, tantangan paling besar saat mendaki memalui jalur Baturaden justru saat sedang turun. “Salah sedikit saja, pendaki bisa tersesat ke hutan belantara,” dia menambahkan.
ARIS ANDRIANTO