TEMPO.CO , Jakarta:-- Badan Pusat Statistik kemarin melaporkan angka inflasi April 2012 mencapai 0,21 persen. Angka ini adalah angka tertinggi untuk bulan yang sama sejak 2009.
Berdasar perekaman BPS, inflasi April 2009 hanya sebesar -0,31 persen (deflasi), inflasi 2010 sebesar 0,15 persen, dan inflasi 2011 sebesar -0,31 persen (deflasi).
Kepala BPS Suryamin menyebutkan, kenaikan inflasi disebabkan oleh tarik-ulur kebijakan pengendalian harga bahan bakar minyak bersubsidi. "Dampak psikologis itu masih ada," ujarnya.
Direktur Statistik Barang dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo mengungkapkan, pedagang mempersiapkan stok barang yang banyak untuk mengantisipasi kenaikan harga BBM.
Setidaknya ada enam komoditas yang mengerek inflasi April. Antara lain bawang putih, bawang merah, dan gula pasir. Kenaikan harga disebabkan oleh berkurangnya pasokan barang ke pasar.
Akibatnya, komoditas makanan jadi, minuman, dan rokok tembakau mengalami kenaikan harga 0,62 persen. Adapun andilnya terhadap inflasi April mencapai 0,11 persen (50 persen), dari total inflasi.
Selain disumbang oleh komoditas makanan jadi, minuman, dan rokok tembakau, inflasi disumbang oleh komoditas perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar yang naik 0,24 persen.
Begitu pula komoditas kesehatan, menyumbangkan inflasi 0,23 persen, serta transportasi, komunikasi, dan jasa naik harga 0,21 persen. "Sedangkan komoditas sandang mengalami deflasi 0,46 persen," ucap Sasmito.
Pekan lalu, Sekretaris Komite Ekonomi Nasional Aviliani menjelaskan Komite merekomendasikan agar pemerintah tidak menaikkan harga BBM bersubsidi hingga akhir tahun.Rekomendasi ini ditujukan untuk memberikan kepastian mengenai harga BBM kepada masyarakat maupun investor, sekaligus untuk menghindari aksi spekulasi.
"Karena kami melihat keputusan sidang paripurna DPR memberikan ketidakpastian, investor mempertanyakan, masyarakat juga, sehingga harga-harga naik," tuturnya.
Untuk mengembalikan harga, Komite Ekonomi merekomendasikan agar harga BBM tidak naik, tapi BBM bersubsidi dibatasi. Dengan adanya pembatasan, investor mendapat kepastian untuk merumuskan aneka biaya.
Sebaliknya, dengan terus berlanjutnya ketidakpastian, inflasi akan tetap tinggi karena harga-harga komoditas naik. Padahal seharusnya pada April tidak terjadi inflasi karena kenaikan harga BBM sudah dibatalkan."Itu bahaya. Seharusnya tidak inflasi, malah inflasi," kata Aviliani.
M ANDI PERDANA | EFRI R