TEMPO.CO, Frankfurt - Melambungnya harga bahan bakar memaksa maskapai penerbangan di seluruh dunia melakukan efisiensi. Salah satunya operator terbesar Jerman, Deutsche Lufthansa, yang bakal merumahkan 3.500 karyawan mereka demi memotong biaya operasi.
Menurut CEO Lufthansa Christoph Franz, pengurangan karyawan terpaksa dilakukan untuk menjaga kesinambungan bisnis perusahaan dalam jangka panjang. Perusahaan ini kini limbung setelah dihantam ongkos bahan bakar yang naik dua kali lipat hingga US$ 399 juta serta munculnya maskapai murah dari Cina dan Timur Tengah. "Kehilangan pekerja menjadi konsekuensi untuk mempertahankan beberapa variabel keuangan," ujarnya, seperti dikutip dari Reuters, Kamis, 3 Mei 2012.
Langkah ini ditempuh Lufthansa selang sehari setelah mereka melaporkan kinerja keuangan yang memburuk di kuartal pertama. Maskapai ini membukukan kerugian US$ 500,4 juta atau dua kali lipat dibanding kuartal pertama tahun lalu. Angka ini lebih buruk dari perkiraan kerugian sebelumnya yang mencapai US$ 379,6 juta. Gara-gara hal tersebut, harga saham Lufthansa pun turun 2,07 persen menjadi US$ 11,9 pada perdagangan di bursa saham Jerman.
Meski demikian, Lufthansa bernasib lebih baik dibanding pesaingnya, seperti Air France Prancis, KLM Belanda, dan British Airways Inggris. Ketiganya memangkas rute penerbangan, memecat karyawan, serta merampingkan bisnis sejak tahun lalu, seiring dengan melemahnya perekonomian Eropa.
Franz yakin pemangkasan sepertiga dari jumlah karyawan mereka mampu mengurangi biaya operasional dalam dua tahun ke depan. Selain itu, Lufthansa menyiapkan beberapa strategi penghematan lainnya. Salah satunya bekerja sama dengan maskapai penerbangan murah, Germanwings, dalam hal pembelian suku cadang dan keperluan lainnya. Pembelian kolektif ini bisa menekan ongkos angkut serta memungkinkan pemasok memberi diskon. "Setelah itu tercapai, target pendapatan US$ 2 miliar pada 2014 bisa terwujud," ujarnya.
FERY FIRMANSYAH