TEMPO.CO, Jakarta - Suara gitar bernada rendah (downtuned) dan fuzzy. Bas yang memuncratkan suara berat dan padat. Ketukan drum bervariasi dari tempo lambat hingga cepat. Formula itu yang diusung band Jakarta, Suri.
Majalah musik Kanada, Exclaim, menggambarkan aliran musik yang dibawa Suri "terlalu berat untuk disebut punk, terlalu melodik jika dikategorikan metal, tapi terlalu psikedelik dianggap grunge". Musik ini dikenal sebagai stoner rock.
Suri digawangi Rito Sini pada vokal dan gitar, Didit D-Rexx pada drum, dan Gandung pada bas. Sebelum bermetamorfosis menjadi Suri, band ini awalnya bernama Evacuate Cowboys yang diperkuat lima orang termasuk Rito dan Dimas. Mereka membawakan musik industrial seperti Ministry dan Godflesh.
Setelah vakum beberapa lama, Evacuate Cowboys menjelma Suri pada 2008. Seiring dengan perubahan nama, mereka juga membanting haluan musik. Jalur yang dipilih adalah stoner rock. "Konsep Evacuate Cowboys cukup kompleks. Sedangkan Suri ke arah 'simplicity',” kata Rito, Rabu, 2 Mei 2012.
Rito sebenarnya tidak mau mengotakkan musik Suri hanya pada aliran stoner rock. “Banyak yang bilang kami stoner rock, psikedelik rock, macam-macam. Yang jelas kami selalu bilang musik kami rock ala Suri,” ujarnya.
Suri telah memuntahkan demo 30 pada 2009, split album Gurun Nestapa pada 2010, mini album Kisah Kasih Lokalisasi pada 2010, dan album studio Mothology pada 2012. Perubahan formasi pun terjadi di Suri seiring dengan perjalanan waktu. Gitaris Alunx hengkang setelah Kisah Kasih Lokalisasi.
Meski sudah meninggalkan Suri, Alunx berperan mengingatkan kembali para personel Suri yang tersisa pada musik ala pentolan eksponen stoner rock, Kyuss. Alhasil, album perdana Suri, Mothology, memberi suasana yang berbeda dengan Kisah Kasih Lokalisasi.
"Mothology bisa diartikan sebagai paham metamorfosis dalam perubahan kepompong ke kupu-kupu. Mungkin image itu yang kami bangun terhadap album ini: menjadi dewasa dalam berkarya,” kata Rito.
Untuk lebih memunculkan suasana suara yang vintage di Mothology, Suri mengulik peralatan mereka dengan serius. Di departemen gitar, Rito menggunakan gitar Gibson dan amplifier merek Orange. Rito juga mencomot rumus mantan gitaris Kyuss Josh Homme yang memberi sidik jari pada musik stoner rock. Rito menggunakan amplifier bass untuk gitar yang dipakainya.
Untuk drum, Didit memakai bass drum Custom 28 inci. Pada Kisah Kasih Lokalisasi, Didit menggunakan bass drum Pearl standar 22 inci. Sementara Gandung menggunakan bas Rickenbacker produksi 1979. Saat Kisah Kasih Lokalisasi, Gandung memakai bas merek Cort.
Suri juga berusaha menampilkan kesan apa adanya alias mentah dalam musik mereka. Karena itu mereka meminimalisasi editing secara digital.
Bukan hanya peralatan yang digarap serius. Suri juga menggandeng Riza Arshad dari band jazz Simak Dialog sebagai engineer. Nama Riza muncul atas saran gitaris blues Adrian Adioetomo saat mereka manggung di Jakarta Blues Festival 2010. “Dia menyarankan agar kami merekam di studio Riza Arshad. Sebab, menurut Adrian, Riza senang bereksperimen dengan hal-hal yang baru,” kata Rito.
Meski Riza dikenal sebagai musisi jazz, para personel Suri menganggap Riza cocok dengan arah musik yang mereka tuju. Sebab, Riza ternyata juga mendalami suara-suara vintage era rock 1960 hingga 1970-an.
Untuk sampul album, Suri menggaet seniman kenamaan di kancah musik bawah tanah, Riandy Karuniawan. Seniman asli Aceh yang tinggal di Bandung ini sudah menggarap beberapa artwork band-band bawah tanah Indonesia seperti Bromocorah dan Ghaust.
Suri menggarap album ini selama setahun. Pada 1 Februari 2012 lahirlah Mothology. Album perdana Suri ini menyuguhkan sembilan lagu. Seperti Kisah Kasih Lokalisasi, Mothology dibuka dengan musik instrumental. Judulnya: Mothology. “Lagu Mothology cocok sebagai soundtrack perubahan,” kata Dimas, manajer Suri.
Sembilan lagu yang ada di Mothology: Mothology, Gestures, Gendats Keparats, Good Friends, Ether 2.0, Waterloo, 00:30, Adagium, dan Larry. Lagu-lagu ini diciptakan lewat jamming di studio. Lalu lirik digarap Rito setelah musik jadi.
Sayangnya Mothology tidak menampilkan lirik untuk lagu-lagu mereka. Rito punya alasan. “Karena kami kepingin pendengar kami mendengar dan berpikir, bukan membaca,” ujar Rito.
Berbeda dengan Kisah Kasih Lokalisasi, Mothology mengurangi suasana psikedelik. Kendati sudah mengubah warna musik mereka, Suri belum tahu apakah arah musik mereka ke depan akan tetap seperti Mothology. “Akan selalu ada yang baru di setiap album kami. Namanya juga bereksperimen,” ujar Rito.
Hanya ada satu kunci yang dipegang Rito dkk. dalam bermusik. “Just be what you are and don’t lie to your self,” kata Rito.
KODRAT