TEMPO.CO, Surakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi VI Yogyakarta pada 2011 menghabiskan biaya setidaknya Rp 1 miliar untuk mengganti kaca jendela kereta api yang pecah.
Menurut juru bicara PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi VI Yogyakarta, Eko Budiyanto, uang tersebut untuk mengganti 2.329 kaca jendela yang pecah. “Sebagian besar kaca jendela tersebut pecah karena aksi vandalisme,” kata Eko ketika dihubungi wartawan, Selasa, 8 Mei 2012.
Kaca jendela itu pecah dilempari warga ketika kereta melintas. Eko mengatakan aksi pelemparan itu sangat membahayakan penumpang yang ada di dalam kereta. “Sangat berbahaya jika pecahan kaca mengenai penumpang,” ujarnya.
Selain itu, jika batu tersebut terpental, bisa mengenai orang lain, termasuk si pelempar. Sementara kerugian harus ditanggung PT Kereta Api. Dia mengatakan satu buah kaca harganya antara Rp 320 ribu hingga Rp 1,1 juta untuk kereta eksekutif.
Dia mengancam, bagi mereka yang tertangkap melakukan pelemparan, akan diserahkan ke petugas kepolisian. Pihaknya bekerja sama dengan polisi menjaga wilayah rawan pelemparan batu. “Misalnya di Ceper, Delanggu, dan Jebres,” katanya.
Apabila pelakunya anak-anak, maka orang tuanya akan diminta untuk mengganti kaca jendela kereta yang sudah dipecahkan. “Kami tidak main-main dengan ancaman tadi,” dia menegaskan.
Sementara itu, Kepala Stasiun Jebres Heru Hartanto membantah wilayah Jebres rawan pelemparan batu oleh warga sekitar. “Itu dulu, saat ada keributan suporter sepak bola. Sekarang sudah aman,” ujarnya.
Dia mengatakan pengamanan di sekitar Stasiun Jebres terus ditingkatkan dengan menggandeng petugas kepolisian. Selain itu, pihaknya aktif melakukan pendekatan kepada masyarakat. Ada sosialisasi tentang bahaya melempar batu ke kereta yang melintas dan ancaman hukuman yang bisa dikenakan. Dia berharap masyarakat ikut menjaga aset-aset kereta api.
UKKY PRIMARTANTYO