TEMPO.CO, Singapura - Managing Director and Head of Foreign Exchange DBS Bank Peter Soh memperkirakan negara-negara yang terkena krisis fiskal di Eropa membutuhkan waktu 5-10 tahun untuk pulih.
“(Masyarakat) Eropa sudah tidak punya uang, satu-satu jalan adalah pemerintah membelanjakan lebih banyak uang lagi untuk mendukung ekonomi,” kata Peter dalam diskusi dengan wartawan Indonesia di DBS Building, Shenton Way, Senin, 8 Mei 2012.
Melalui cara ini, pertumbuhan ekonomi akan tetap terjadi, masyarakat kembali menghasilkan uang yang bisa dipakai untuk membayar pinjaman negara. Jika skenario ini gagal, maka dunia akan menjalani masa konsolidasi yang panjang.
Akibat krisis fiskal yang menghantam negara-negara Eropa, ucap dia, perekonomian dunia akan mengalami masa konsolidasi (penurunan) selama 1-2 tahun mendatang.
Kondisi di Eropa dipersulit lagi dengan mulai masuknya “gonjang-ganjing” politik di banyak negara. Prancis misalnya, baru saja berganti pemimpin. Begitu Amerika Serikat, Indonesia, dan Malaysia akan menghadapi pemilihan umum.
“Proses pemilihan ini pasti berdampak terhadap pemulihan ekonomi. Dunia menanti apakah kebijakan quantitative easing (pelonggaran likuiditas) AS akan dihentikan atau tidak,” ujar Peter.
Dalam pembukaan perdagangan di Bursa Efek New York malam ini, Selasa, 8 Mei 2012, indeks Dow Jones Industrial Average terbenam 150 poin (-1,15 persen) menjadi 12.858.
Kejatuhan indeks disebabkan oleh kekhawatiran investor terhadap proses pencairan dana talangan kepada Yunani. Selain itu, muncul pula kecemasan pemerintah Prancis yang baru akan berbeda pendapat dengan Jerman dalam hal pemulihan Eropa.
EFRI RITONGA | REUTERS