TEMPO.CO, Jakarta -Sejumlah aktivis Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) memperbaiki makam Marsinah di Nganjuk, Jawa Timur. Hal itu untuk menghormati wafatnya tokoh buruh yang ditemukan tewas 19 tahun lalu itu.
Kedatangan rekan-rekan Marsinah di pemakaman umum Desa Nglundo, Kecamatan Sukomoro, Nganjuk, ini terjadi pada hari Minggu, 6 Mei 2012. Tanpa memberi tahu perangkat desa sebelumnya, mereka membersihkan makam dan mengecat pagar secara swadaya. "Katanya untuk memperingati wafatnya Marsinah," kata Tugimin, penjaga makam tersebut, Rabu 9 Mei 2012.
Para aktivis itu juga berdoa di depan nisan Marsinah. Lalu mereka pergi menuju Sidoarjo. Menurut Tugimin, rombongan itu adalah rekan kerja Marsinah yang sama-sama pernah bekerja di PT Catur Putra Surya, perusahaan jam di Porong, Sidoarjo.
Selain mereka, tak ada peringatan apa-apa pada Hari Buruh 1 Mei dan kematian Marsinah 8 Mei di tempat itu. Hal ini berbeda dengan tahun sebelumnya, saat makam tersebut sempat menjadi ajang orasi puluhan jurnalis yang tergabung dalam Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kediri.
Menurut Tugimin, warga setempat kerap mempertanyakan rencana pemerintah Nganjuk untuk mendirikan monumen Marsinah di tempat itu. Monumen itu akan melengkapi simbol perjuangan Marsinah selain penggunaan namanya sebagai jalan utama Desa Nglundo. "Sampai sekarang monumen itu tak jelas kabarnya," katanya.
Kepala Bagian Humas Pemkab Nganjuk, Abdul Wachid, mengakui molornya pendirian monumen itu. Sejak diusulkan tahun 2008 silam, hingga kini realisasinya mandek. Padahal pemerintah sudah menyiapkan lahan di tempat itu. "Tidak tahu kenapa kok berhenti," ujarnya.
HARI TRI WASONO