TEMPO.CO, Bogor - Puluhan mobil ambulans terlihat mengular di sepanjang jalan keluar jalur pendakian menuju lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi di Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Kendaraan tersebut sudah siaga sejak hari pertama musibah Sukhoi terjadi pada Rabu, 9 Mei 2012 lalu, baik ketika Posko Cidahu, Sukabumi, maupun setelah pindah ke Posko Balai Embrio Ternak, Cipelang, Cjeruk, Bogor.
Ambulans bantuan dari berbagai lembaga tersebut, seperti Palang Merah Indonesia, Badan SAR Nasional, TNI, Polri, Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, dan sejumlah rumah sakit, semula akan digunakan untuk mengevakuasi korban pesawat Sukhoi dari Posko Utama di Balai Embrio Cipelang menuju landasan helikopter di Lapangan Pasir Pogor. Jalur darat ini berjarak sekitar 4 kilometer dari posko ke helipad.
“Telah disiapkan 25 unit ambulans di Pos I. Tugasnya mengangkut jenazah dari pos ke helipad. Ini kalau evakuasi melalui jalur darat,” kata Kepala Badan SAR Nasional Jakarta, I Ketut Parwa, di Posko Balai Embrio Cipelang, Jumat, 11 Mei 2012.
Namun, dalam perkembangannya, Tim Evakuasi Sukhoi lebih memilih menggunakan jalur udara ketimbang melalui jalur darat. Evakuasi jalur darat terbilang berat mengingat medan pendakian terjal dan dikhawatirkan menyulitkan anggota Tim SAR. Selain itu, evakuasi jalur udara lebih cepat dan cuaca juga mendukung. Untuk itu, evakuasi lewat udara sudah mulai berlangsung sejak Sabtu pagi, 12 Mei 2012, hingga Ahad, 13 Mei 2012.
Berdasar pantauan Tempo, sejak Posko Utama pindah di Balai Embrio, puluhan ambulans terlihat sudah siaga penuh untuk mengangkut para korban Sukhoi. Kendaraan diparkir di jalur keluar pendakian lokasi jatuhnya pesawar. Namun, karena evakuasi urung melalui jalur darat, puluhan kendaraan ambulans itu lebih banyak menganggur. Bahkan, para petugasnya pun hanya duduk santai dalam atau dekat mobil, sambil menunggu intruksi.
Walaupun pada Sabtu, 12 Mei 2012, ada satu korban dievakuasi melalui jalur darat oleh Tim SAR dari Regu II Kopassus, kantong mayat yang diperkirakan berisi jenazah pilot Sukhoi itu dibawa dengan angkutan kota lalu dilanjutkan dengan kendaraan bak terbuka milik Kopassus ke lapangan Pasir Pogor. Jenazah yang ditemukan bergelantung di pohon tak jauh dari ekor pesawat tersebut dievakuasi dari lembah Puncak Salak I melalui jalur Curug Nangka, Tamansari, Bogor.
“Ambulans ini rencananya untuk antisipasi evakuasi korban melalui jalur darat. Ternyata evakuasi dilakukan melalui jalur udara. Ya, kami jadinya menganggur,” ucap Dokter Setiono dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor.
Setiono yang merupakan dokter jaga ini mengatakan, kendati ambulans tim relawan dari semua lembaga ini tidak digunakan mengangkut korban Sukhoi, mereka tetap bertahan sampai upaya evakuasi selesai dilakukan oleh Tim SAR. “Selama di sini (posko) kami tetap bekerja membantu para relawan lain yang butuh pertolongan medis dan kami juga mensuplai logistik,” ujar dia.
Dia menyebutkan Dinkes Kabupaten Bogor mengerahkan sebanyak 40 unit kendaraan ambulans, baik dari puskesmas maupun rumah sakit milik daerah. Tapi, hanya 20 ambulans jenis Suzuki APV yang disiagakan dilokasi. “Semua unit dikerahkan, tapi dilakukan shift, sehari 20 unit yang siaga di posko.”
ARIHTA U SURBAKTI