TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang hari ketujuh evakuasi korban kecelakaan Sukhoi Superjet 100, optimisme masih hinggap di sebagian keluarga korban. "Kami masih berharap Papa bisa survive," ucap Citra Dewi Asmarani, putri dari Kapten Herman Suladji, salah seorang penumpang Sukhoi Superjet 100, Selasa, 15 Mei 2012, di posko antemortem Rumah Sakit Bhayangkara Raden Said Sukanto, Kramat Jati, Jakarta Timur.
Istri dari Badai Kerispatih itu mengaku pasrah jika nanti ayahnya ditemukan tewas. "Meskipun hingga kini tak satu pun identitas milik Papa berhasil ditemukan," ucap Citra.
Badai yang hadir mendampingi istrinya merinci sejumlah identitas yang belum ditemukan Tim SAR. "Waktu itu Papa pakai baju seragam KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) lengkap dengan kartu identitas KNKT dan juga Maleo Air," ucapnya.
Untuk ciri fisik, Kapten Herman diketahui memiliki daging tumbuh di bagian dada. "Ada sedikit daging tumbuh di dada kanan," Citra menimpali.
Badai mengaku terus mengikuti perkembangan proses evakuasi Sukhoi tersebut. "Saya usahakan untuk bisa hadir melihat jumpa pers di Rumah Sakit Bhayangkara Raden Said Sukanto, agar infonya tidak simpang siur," ucap Badai.
Pesawat Sukhoi Superjet 100 yang melakukan demo flight pada Rabu, 9 Mei 2012 sempat hilang kontak pada pukul 14.33 WIB. Pesawat yang mengangkut 37 penumpang dan delapan awak ini hilang kontak setelah meminta turun pada ketinggian 6.000 kaki kepada Aero Traffic Center Bandara Soekarno Hatta, Jakarta.
Pada Kamis, 10 Mei 2012 puing-puing pesawat ditemukan berceceran di sebuah tebing di Gunung Salak, Bogor. Sejak penemuan puing pada pukul 08.30 WIB, Tim SAR baru menemukan 12 kantong jenazah pada Jumat pagi, 11 Mei 2012. Hingga kini tercatat sudah 27 kantong jenazah yang berhasil dievakuasi.
SUBKHAN
SMPN 1 Cijeruk Jadi Posko Evakuasi Sukhoi
Evakuasi Korban Sukhoi Capai 80 Persen
Kerja Sama Indonesia-Rusia Tak Terhalang Sukhoi
Penyebar Foto Palsu Korban Sukhoi Serahkan Diri
Juni, ATC Bakal Pisah dengan Bandara
Ternyata Sukhoi yang Jatuh Itu Pesawat Pengganti