TEMPO.CO, Yogyakarta - Grup musik asal Yogyakarta, Sheila on 7 (So7), menilai kondisi industri musik Indonesia saat ini sudah mengkhawatirkan. “Orientasinya semakin ke produk, sudah bukan konser,” kata gitaris So7, Eros, di Yogyakarta, Selasa, 15 Mei 2012.
Dia mengatakan orientasi produk itu dinilai akan menjebak musisi untuk berpikir praktis mengingat saat ini karya lagu yang ada dimanjakan oleh media ring back tone (RBT) yang durasinya sangat pendek.
“Kalau fokusnya ke musik 30 detik seperti itu, maka lupa membuat album secara utuh. Kalau tak punya album utuh, jadi nggak bisa konser tunggal. Ini berarti nggak ada regenerasi lagi,” kata musisi yang menjadi pencipta sebagian besar lagu di tujuh album So7 sejak 1996 hingga 2012.
Dengan demikian, kata dia, kualitas musik mereka menjadi kian sulit dinilai dan diapresiasi, baik oleh dirinya sendiri maupun pencinta musik.
Adapun vokalis So7, Duta, menuturkan kemajuan akses lagu seperti RBT cukuplah hanya jadi tambahan, bukan prioritas utama. Karena itu, band yang beranggotakan Duta (vokal), Eross (gitar), Brian (drum), dan Adam (bass) itu berharap adanya orientasi ulang untuk menata industri musik Tanah Air. Misalnya, dengan memulai kampanye bahwa bermusik bukan untuk menjadi kaya.
“Kalau dasarnya kantoran atau lainnya, jangan terus bikin band karena berpandangan nge-band itu lebih banyak uangnya. Itu akan merusak,” kata Eros yang telah mengawal So7 mendapat puluhan penghargaan selama perjalanannya itu.
Band yang tengah mempersiapkan konser tunggal selama tiga jam penuh dalam peringatan hari jadinya ke-16 pada 18 Mei 2012 itu menuturkan semangat "jalani yang disenangi" itu yang membuat sebuah band bisa eksis. “Kami memang sudah tua, tapi kami tetap bisa konser tunggal dan terus bikin album,” kata Eros.
PRIBADI WICAKSONO