TEMPO.CO, Jakarta - Jenazah seorang korban kecelakaan Sukhoi Superjet 100 yang telah teridentifikasi diakui belum lengkap. "Jenazahnya tidak utuh dan belum bisa dibawa pulang," kata Direktur Eksekutif Disaster Victim Identification (DVI) Polri, Komisaris Besar Anton Castilani, Rabu, 16 Mei 2012.
Sebelumnya, seorang korban kecelakaan Sukhoi Superjet 100 berhasil teridentifikasi. "Korban berhasil diidentifikasi melalui data gigi-geligi yang diperoleh melalui foto rontgen korban semasa hidup," kata Anton.
Polisi menolak untuk membeberkan identitas korban tersebut. "Belum bisa kami beri tahukan kepada media. Kami akan menghubungi keluarga terlebih dahulu," kata dia.
Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri Komisaris Besar Boy Rafli Amar memastikan korban berjenis kelamin laki-laki. "Korban diidentifikasi sebagai warga negara Indonesia berjenis kelamin laki-laki," kata Boy.
Tim DVI mengaku yakin 100 persen atas identitas korban. "Karena cocok sepenuhnya dengan foto gigi-geligi yang diserahkan," ucap Boy.
Sebagai tindak lanjut, keluarga korban tersebut akan dihubungi oleh pihak kepolisian hari ini. "Nanti tergantung permintaan keluarga, apakah identitas korban perlu diumumkan ke media massa atau tidak," kata Anton.
Hingga seminggu setelah kecelakaan Sukhoi Superjet 100, sudah ada 30 kantong jenazah yang berhasil dievakuasi. Sebanyak lima kantong di antaranya merupakan properti para korban dan 25 lainnya terdiri atas bagian tubuh para korban.
Pesawat Sukhoi Superjet 100 yang melakukan demo flight pada Rabu, 9 Mei 2012, sempat hilang kontak pada pukul 14.33 WIB. Pesawat yang mengangkut 37 penumpang dan delapan awak ini hilang kontak setelah meminta turun pada ketinggian 6.000 kaki kepada Aero Traffic Center Bandara Soetta, Jakarta.
Pada Kamis, 10 Mei 2012, puing-puing pesawat ditemukan berceceran di sebuah tebing di Gunung Salak, Bogor. Sejak penemuan puing pada pukul 08.30 WIB, tim SAR baru berhasil mengevakuasi 12 kantong jenazah pada Jumat pagi, 11 Mei 2012.
SUBKHAN