TEMPO.CO, Depok - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan mengaku bersalah kepada tanah kelahirannya, Magetan. "Saya harus minta maaf kepada tanah kelahiran saya," katanya saat menjadi narasumber di acara Indonesia Development Program: Global Leaders, Indonesia Color di Universitas Indonesia (UI), Rabu 16 Mei 2012.
Hal itu dikatakan Dahlan lantaran selama ini dia tidak pernah berpikir tentang tanah kelahirannya. Sampai menjadi menteri, Dahlan tidak terlalu merasa ada ikatan emosional yang dalam terhadap tanah lahirnya tersebut. "Saya kurang sekali memikirkannya," katanya.
Menteri yang terkenal dengan aksi "koboi"-nya ini tersentak oleh pertanyaan seorang mahasiswi, Eka Fitriani dari Fakultas MIPA UI. Eka menanyakan esensi tokoh kontroversial ini terhadap kampung halamannya. "Selama Bapak sukses karena merantau, apakah Bapak pernah berpikir untuk memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi desa Bapak?" tanya Eka.
Dahlan tertegun sejenak dan berkata. "Tidak pernah," katanya. "Ini salah atau betul saya renungkan lagi nanti.”
Dahlan berterima kasih kepada Eka karena telah menanyakan hal yang selama ini tidak ia pikirkan. Dahlan mengaku pertanyaan itu seperti menyentilnya. "Pertanyaan ini seperti menegur saya," katanya.
Dahlan pun mengisahkan sedikit keinginannya untuk membangun pesantren di Magetan. "Setelah saya sakit, mendadak punya cita-cita," katanya.
Selain ingin membangun sebuah pesantren keluarga di Magetan, Dahlan juga ingin menjadi guru terhadap jurnalis muda. Namun, lagi-lagi Dahlan menolak kalau pembangunan pesantren di Magetan adalah keinginan untuk berbuat untuk tanah kelahiran. "Pesantren itu juga karena memang akan didirikan di situ, bukan karena ada hubungan emosional yang dalam," katanya.
ILHAM TIRTA
Berita lain:
Serba-serbi Dahlan Iskan
Dosa Dahlan Iskan di Mata DPR
Dahlan Iskan, Daftar Kehebohan sang Menteri 'Koboi'
Dahlan: Satu Lagi Perempuan Jadi Dirut BUMN
Dahlan dan Pertemuan Terakhir Wamen Widjajono
Dosa Dahlan Iskan di Mata DPR
Tips Dahlan Memilih Komisaris: Wibawa dan Preman
Ganti Direksi, Dahlan Iskan Ogah Heboh