TEMPO.CO , Jakarta:- Saham Facebook kini telah resmi terdaftar di bursa saham Nasdaq. Pada penjualan perdana, Jumat lalu, harga per lembar saham dibuka pada US$ 38. Namun, sepekan sebelum itu, Facebook diterjang kabar tak sedap.
Wall Street Journal mengabarkan bahwa General Motors membatalkan perjanjiannya untuk terus beriklan di Facebook. Menurut bagian pemasaran General Motors, uang iklan yang dikeluarkan sebesar US$ 10 juta tak sebanding dengan apa yang mereka dapat.
Facebook dianggap sebagai media yang tidak cocok untuk memasang iklan, meski jejaring sosial itu memiliki 900 juta lebih pengguna di seluruh dunia. Padahal, selama ini sekitar 85 persen pendapatan Facebook diperoleh dari para pemasang iklan.
Belum lagi kabar dari General Motors itu menguap, CEO VIA, perusahaan agensi yang memasang iklan di Internet untuk Samsung, Klondike, dan berbagai merek ternama lainnya mengatakan memasang iklan di Facebook adalah "langkah buruk”.
Pernyataan bos VIA itu bisa saja bernuansa persaingan bisnis. Namun hal yang mungkin memojokkan citra Facebook di mata pengiklan adalah publikasi hasil survei yang dilakukan perusahaan agensi pemasaran Greenlight.
Hasil survei perusahaan berbasis di Inggris itu menunjukkan 44 persen pengguna Facebook mengaku tidak pernah dan tak akan pernah mengklik iklan yang bertebaran di laman Facebook.
Dalam laporan berjudul “2011-2012 Search & Social Survey”, Greenlight mengadakan survei dengan mengambil sampel sebanyak 500 orang, yang terdiri atas berbagai profesi, di antaranya pelajar, staf medis, akuntan, dan pengacara.
Tujuan survei adalah untuk melihat perilaku pengguna terhadap situs jejaring sosial, khususnya Facebook, dan perasaan mereka terhadap perusahaan yang didirikan oleh Mark Zuckerberg itu.
Namun yang menarik, ya itu tadi, 44 persen responden mengaku tak pernah mengeklik iklan yang ada di laman Facebook. Sebanyak 31 persen mengaku jarang mengeklik, 13 persen mengaku tak punya akun Facebook, 10 persen mengatakan sering mengeklik iklan, dan 3 persen yang selalu mengeklik berbagai iklan yang ada.
Selain itu, survei ini mengungkapkan bahwa 30 persen responden mengaku tidak percaya terhadap Facebook. Itu sebabnya mereka tak rela memberi data pribadi secara benar dan lengkap dalam data isian yang diminta Facebook.
Temuan survei Greenlight tersebut tak jauh berbeda dengan jajak pendapat yang dilakukan CNBC pada pekan sebelumnya. Sebanyak 59 responden mengaku tak yakin bila data pribadi mereka aman di tangan Facebook.
“Sebanyak 30 persen responden mengatakan bahwa mereka sama sekali tak percaya terhadap Facebook. Ini tentu berdampak buruk terhadap program iklan Facebook,” kata Hannah Kimuyu, Direktur Greenlight, seperti dikutip iTwire.
Program iklan Facebook memungkinkan pengiklan terhubung dengan 900 juta pelanggan potensial, sesuai dengan kategori usia, jenis kelamin, lokasi, dan hobi mereka. Dengan kata lain, pengiklan berhak melihat data pribadi pengguna Facebook.
Pada triwulan pertama 2012, Facebook membukukan pendapatan sebesar US$ 1,06 miliar atau sekitar Rp 9,65 triliun. Jumlah itu, sekitar 85 persen, berasal dari pemasukan iklan.
Jika iklan di laman Facebook tak pernah diklik oleh hampir setengah pengguna Facebook dan data pribadi pengguna tak lagi valid, bukan tak mungkin para pengiklan mulai ragu mengiklankan produk mereka.
Seandainya hal tersebut benar-benar terjadi, dikhawatirkan nilai saham situs jejaring sosial terbesar di dunia ini akan anjlok dalam waktu tak lama sejak pertama kali diperdagangkan pada akhir pekan lalu.
Apalagi sebuah penelitian di Amerika Serikat yang dilakukan oleh lembaga riset digital, comScore, menunjukkan kini orang lebih sering membuka Internet melalui perangkat bergerak, semisal telepon cerdas atau komputer tablet.
Bahkan, masih menurut comScore, jumlah orang yang mengakses situs jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter, atau LinkedIn sudah melampaui jumlah orang yang mengakses jejaring sosial via laptop atau komputer pribadi.
Kini, setiap bulannya, rata-rata orang Amerika mengakses Facebook sekitar 441 menit melalui perangkat bergerak. Sedangkan pengguna Facebook yang mengakses lewat laptop atau komputer pribadi rata-rata hanya 391 menit. Tentunya ini kabar buruk bagi Facebook.
Biasanya terdapat 4-7 iklan per laman Facebook di situs web mereka. Sebaliknya, hanya satu atau dua iklan per hari di laman mobile Facebook. Artinya, jumlah iklan yang sampai ke pelanggan jauh berkurang.
Kalau sudah begitu, Kimuyu menyarankan, sebaiknya Facebook mencari formula baru untuk menggaet pengiklan. Sebab, program iklan Facebook yang selama ini dilakukan, yakni dengan “menjual” data pengguna, tak akan efektif di masa mendatang.
| ITWIRE | SIDOMI | TECHCRUNCH | FIRMAN
Berita terkait
Pembukaan IPO, Saham Facebook US$ 42.05 per Lembar
Saham Facebook Mulai Diperdagangkan di Nasdaq
Teman-teman Zuckerberg Ikut Lepas Saham Facebook
Bos Facebook Bakal Digaji 1 Dolar per Tahun
Penawaran Saham Facebook Bernilai Rp 45 Triliun
12 Persen Pendapatan Facebook dari Zynga
Saat Tawarkan Saham, Pendapatan Facebook Rp 33 Triliun