TEMPO.CO , MALANG:- Berbagai jenis alat pemantau gunung api seperti seismograph kerap hilang dicuri. Padahal peralatan tersebut penting untuk memantau aktivitas vulkanik gunung api di Indonesia. Terutama untuk memberikan peringatan dini jika terjadi letusan atau bencana geologi.
"Terutama di Bromo terjadi berulangkali, Tangkuban Perahu lima kali, Sinabung dua kali," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana (PVMBG) Surono saat pertukaran pakar tanggap bencana ketahanan pasifik di Malang, Senin 21 Mei 2012. Peralatan yang sering hilang berupa baterai, kabel dan panel surya.
Untuk mengantisipasinya, dilakukan kerjasama dengan Kepolisian setempat. Namun, kasus pencurian peralatan pemantau gunung api terus terjadi. Selain itu, minimnya petugas pemantau juga menjadi salah satu penyebab peralatan rawan hilang. Setiap pos pemantau yang seharusnya dijaga empat orang hanya dijaga dua petugas.
Indonesia memiliki 127 gunung berapi, sebanyak 66 gunung yang terus dipantau. Indonesia menjadi salah satu negara dengan gunung api terbanyak. Namun, Indonesia mengalami krisi tenaga ahli vulkanologi. Tahun ini PVMBG hanya memiliki tujuh doktor vulkanologi dan membutuhkan 18 lagi doktor vulkanologi. "Idealnya Indonesia memiliki 20 doktor," katanya.
Sementara pos pantau gung api hanya dijaga petugas lulusan Sekolah Menengah Atas. Mereka bekerja selama 24 jam untuk memantau gunung api. Seharusnya, katanya, setiap pos pantau dijaga petugas lulusan sarjana berbasis vulkanologi.
Baca Juga:
EKO WIDIANTO