TEMPO.CO, Jakarta - Robot-robot rakitan buatan Korea Selatan saling berduel di ajang Kontes Robot Cerdas Indonesia seleksi regional II di kampus ITB Jatinangor, Sabtu, 26 Mei 2012. Dominasi robot kit dari Negeri Ginseng itu muncul di kategori Robo Soccer Humanoid League atau robot pemain sepak bola.
"Hampir semuanya kit (robot) dari Korea," kata Muliady Ang, seorang pembina tim robot dari Universitas Kristen Maranatha, Bandung, kepada Tempo di arena lomba.
Menurut Muliady, robot kit buatan Korea itu lebih praktis, mudah, dan murah, dibanding kalau dibuat sendiri. Apa boleh buat, para robot peserta lomba Robo Soccer itu pun umumnya jadi terlihat seragam wujudnya.
Keunggulan kit robot Korea itu, kata Muliady, lebih cepat dan gesit gerakannya. Adapun robot pemain bola bikinan tim kampus Maranatha sendiri pada lomba tahun lalu lebih lambat. Ia beralasan susah mendapat motor servo impor yang mumpuni di Indonesia. Komponen itu vital sebagai penggerak.
Walau lambat, robot "asli" Indonesia itu masih diturunkan juga pada lomba tahun ini. "Tapi hanya dipasang sebagai kiper (penjaga gawang)," ujarnya.
Salah seorang anggota tim peserta lomba dari ITB, Ahmad Ishtar Terra, mengatakan harga total tiga robot kit Korea sekitar Rp 20 juta. Biaya itu belum masuk komponen tambahan. Pada bagian ini, ada sentuhan kreativitas mahasiswa Indonesia. Ibaratnya, tubuh robot boleh dari Korea, tapi otaknya tetap rancangan anak negeri.
Komponen utama tambahan berbentuk kamera. Letaknya paling atas atau sebagai pengganti kepala. Kamera itu bisa bergerak untuk mencari bola dan gawang. Informasi keberadaan bola kemudian diteruskan ke otak robot yang memerintahkan kaki robot bergerak ke posisi bola.
Bola tenis lapangan berwarna jingga itu kemudian ditendang oleh robot. Proses ini ternyata sama sulitnya dengan gerakan kaki robot ketika melangkah.
Robot akan diam dulu beberapa detik seperti sedang berpikir. Lebih tepatnya menghitung kemungkinan. "Pada tahap itu, robot sedang mengatur titik keseimbangan supaya tidak jatuh setelah menendang, atau segera bangun lagi sendiri kalau jatuh," ujar Muliady.
Proses robot itu memerlukan pemrograman tim yang andal. Mulai dari pencarian bola, letak gawang, cara robot mengangkat kaki, berbelok, serta menendang bola tanpa jatuh. Pada percobaan pertandingan sebelum pembukaan, tak ada satu tim robot pun yang berhasil menjebol gawang.
Tapi, seperti pada pertandingan sepak bola sungguhan, para pendukung dan penonton sama-sama senang dan gaduh. Lain halnya dengan delapan tim peserta. Mereka berkerut kening menyaksikan robot-robotnya berlaga agar bisa meraih tempat di kontes nasional pada 29 Juni-1 Juli 2012.
ANWAR SISWADI