TEMPO.CO , Jakarta:-Awan badai guntur berbentuk anvil atau landasan bukanlah sesuatu yang ingin Anda lihat ketika terbang. Namun sekelompok ilmuwan Amerika Serikat justru menggelar misi pencarian awan tersebut dengan mengerahkan dua pesawat DC-8 dan Gulfstream V. Eksperimen Deep Convective Clouds and Chemistry ini dilakukan untuk menyelidiki berapa besar pengaruh awan badai guruh terhadap susunan kimia atmosfer.
Untuk melakukan investigasi, para peneliti harus terbang langsung ke dalam awan kumulonimbus tersebut. Setelah melakukan beberapa terbang latihan dan persiapan lain, kedua pesawat DC-8 dan Gulfstream V mengangkasa pada 18 dan 19 Mei lalu. Untuk merekam semua data yang diperlukan, tim memasang 27 instrumen khusus yang akan mengambil sampel ketika pesawat memasuki awan badai. Dalam penerbangan itu, pesawat terbang dalam pola berbentuk huruf L pada ketinggian berbeda di sekitar sel awan badai guntur.
Pada penerbangan 18 Mei, pesawat terbang di atas daerah sebelah timur laut Colorado dan barat daya Nebraska. Mereka terbang menembus awan cirrus dalam pola tangga empat tahap selain pola L.
Hari berikutnya, kedua pesawat terbang di sebelah barat dan barat daya Oklahoma City serta terbang dalam pola yang sama seperti sebelumnya, termasuk mengumpulkan data di sekeliling awan badai dengan radius amat besar (supercell). Puncak awan yang berbentuk landasan tingginya mencapai 13.700 meter.
Manajer Misi DC-8 Frank Cutler sempat mengabadikan citra awan anvil dari pesawat. Awan berbentuk landasan untuk menempa logam ini terbentuk ketika massa udara yang dingin dan kering terdorong ke massa udara lembap dan hangat. Udara dingin yang lebih berat bekerja seperti bajak atmosfer dan mendorong udara hangat naik menuju awan badai guntur.
Angin tinggi dapat membuat bagian atas awan menjadi rata seperti permukaan landasan dan bagian bawah awan umumnya sangat gelap. Awan seperti ini dapat menghasilkan cuaca yang amat buruk, termasuk hujan es dan tornado.
Para ilmuwan menduga updraft badai yang terjadi ketika udara bergerak naik dapat membawa zat-zat kimia yang menghasilkan ozon, gas rumah kaca penting yang terdapat di atmosfer. "Kami juga berusaha mengambil sampel lingkungan updraft untuk mempelajari apa yang sebenarnya terjadi secara kimia," kata Cutler. "Misi ini juga mempelajari petir yang dihasilkan oleh badai guruh."
LIVESCIENCE | TJANDRA