TEMPO.CO, Jakarta - Pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, kurva imbal hasil obligasi pemerintah (IBPA-IGSYC) kembali bearish di semua tenor. Kenaikan imbal hasil di semua tenor ini menandakan bahwa pasar kembali dihinggapi kecemasan seputar perkembangan Eropa. Selain itu, terdepresiasinya nilai tukar rupiah juga menjadi pemicu bearish (meningkatnya) kurva imbal hasil.
Kenaikan yield (imbal hasil) tercepat terjadi pada tenor pendek (satu-empat tahun) naik 10,9 basis poin (bps) disusul tenor menengah (lima-tujuh tahun) menguat 7,1 bs, dan tenor panjang (8-30 tahun) sebesar 4,2 bps. Namun demikian, spread imbal hasil tenor dua tahun dan 10 tahun menyempit ke kisaran 154 bps dari sebelumnya 163 bps.
Meningkatnya imbal hasil membuat indeks obligasi pemerintah yang hanya mengukur pergerakan harga (GBIX-Clean Price) turun 0,4014 poin (0,31 persen) ke level 127,4042, sedangkan indeks obligasi pemerintah yang mengukur semua potensi keuntungan (GBIX- Total Price) turun 0,5037 poin (0,29 persen) menjadi 175,3579. Tekanan indeks ini membuat hasil pengembalian obligasi pemerintah hanya mencapai 0,97 persen sepanjang tahun ini.
Corporate Secretary Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Tumpal Sihombing, mengungkapkan koreksi harga di pasar sekunder akhir pekan lalu terimbas oleh kecemasan terhadap pasar global. “Investor masih terlihat melakukan flight to quality dan lari ke instrumen safe haven, terutama dolar AS,” ucapnya.
Dolar AS terus mengalami penguatan terhadap mata uang dunia sehingga indeks dolar AS terhadap enam mata uang rival utamanya berada di level 82,34. Dengan demikian, Credit Default Swap (CDS) Indonesia kembali meningkat 23,85 bps menjadi 249,16.
Sentimen positif datang dari Yunani, yaitu ketika partai New Democracy yang mendukung dana talangan berhasil menempati urutan pertama dalam jajak pendapat sebelum pemilihan umum bulan depan.
Di sisi lain, sentimen negatif datang dari Spanyol yang meminta negara uni Eropa membantu dalam mencari pinjaman. Salah satu bank terbesar Spanyol, Bankia, kembali meminta dana talangan pemerintah senilai 19 miliar euro (US$ 24 miliar). Adapun para pemimpin Eropa belum sepakat soal rencana penerbitan obligasi Eropa (Eurobond). “Kanselir Jerman Angela Merkel masih menolak penerbitan obligasi bersama ini,” dia menuturkan.
Harga obligasi pemerintah acuan seri FR0058 (tenor 20 tahun) harganya turun paling dalam sebesar 60 bps menjadi 110,75, sehingga imbal hasilnya naik 5,27 bps menjadi 7,2261 . Diikuti obligasi seri FR0060 (tenor lima tahun) harganya turun 40,2 bps menjadi 103,103.1035, dan imbal hasinyal meningkat 9,25 bsp menjadi 5,5156 persen.
VIVA B. KUSNANDAR