TEMPO.CO, Cilegon - PT Indonesia Ferry tampaknya tidak memiliki solusi untuk mengatasi antrean truk di Pelabuhan Merak. Kamis, 31 Mei 2012 hari ini, antrean truk yang akan melakukan penyeberangan dari Pelabuhan Merak, Banten, ke Pelabuhan Bakauheni, Lampung, kembali memanjang hingga luar kawasan Pelabuhan Merak sepanjang 9 kilometer.
Dari pantaun Tempo, ribuan truk masih mengular hingga KM 95 jalan tol Tangerang-Merak atau 9 kilometer dari pintu masuk Pelabuhan Merak. Untuk mengatur arus lalu lintas di jalan menuju Pelabuhan Merak, anggota Polres Cilegon melakukan buka tutup di fly over Cikuasa Atas.
Corporate Secretary PT ASDP Indonesia Ferry, Christine Hutabarat, mengatakan antrean truk yang terjadi sejak Selasa, 22 Mei 2012 itu murni akibat adanya perbaikan Dermaga II Pelabuhan Merak. “Dermaga II itu dermaga yang kondisinya paling optimal dibanding dermaga yang lain. Semua jenis kapal yang ada di lintasan Merak-Bakauheni bisa sandar di situ. Kalau dermaga lain tidak semua kapal bisa sandar,” kata Christine kepada Tempo, Kamis, 31 Mei 2012.
Penutupan dermaga itu, kata Christine, dilakukan untuk memperbaiki side ramp (jembatan) dan dolphin (tempat sandar kapal). “Penutupan ini yang pasti sudah dipikirkan sebelumnya oleh manajemen secara matang-matang. Dan bulan ini adalah waktu yang tepat sebelum musim libur sekolah dan musim mudik Lebaran nanti,” katanya.
Menurut dia, dengan ditutupnya satu dermaga ini, kapal yang bisa dioperasikan di empat dermaga yang ada sebanyak 20–22 kapal dengan jumlah trip selama 24 jam sebanyak 82 trip. “Yang kami lakukan adalah mempercepat perbaikan dermaga dan hari ini kami sudah memberangkatkan sebanyak 2.766 truk,” katanya.
Sebelumnya ribuan sopir truk ekspedisi mengamuk di Pelabuhan Merak, Minggu, 27 Mei 2012, sekitar pukul 20.30 WIB. Para sopir merusak tolgat (tempat pembelian tiket), kantor pengendali keamanan, serta merusak dan menggulingkan mobil derek. Akibat insiden ini, pelayanan di Pelabuhan Merak sempat terhenti.
Kabid Humas Polda Banten, Ajun Komisaris Besar Gunawan Setiadi, mengatakan kasus amuk sopir truk itu masih dalam proses penyelidikan dan pendalaman pihak kepolisian. Menurut dia, polisi masih menelusuri apakah ada oknum anggota polisi yang terlibat atau tidak dalam aksi brutal ribuan sopir truk itu.
“Kami ingin mengklarifikasi bahwa tidak ada statement Kapolres Cilegon yang membenarkan adanya oknum anggota Mabes Polri yang melakukan pengawalan di jalur tembak sehingga para sopir mengamuk. Sampai saat ini belum ada satu pun anggota polisi yang terbukti terlibat dalam kasus keributan yang terjadi di Pelabuhan Merak. Tapi jika wartawan menemukan informasi di lapangan, ya, silakan saja ditulis,” kata Gunawan kepada Tempo.
Menurut dia, saat ini polisi telah menetapkan empat orang tersangka yang diduga sering menerima pungli. Sebab, akar permasalahan terjadinya perusakan dan mengamuknya para sopir diawali dengan dibukanya kesempatan pungli oleh oknum pegawai di PT ASDP Cabang Utama Merak. “Dari 140 orang yang kami periksa, empat orang yang kami tetapkan menjadi tersangka, tapi belum dilakukan penahanan,” katanya.
WASI’UL ULUM