TEMPO.CO, Makassar-Sejumlah pegawai Balai Arkeologi Makassar melakukan aksi mogok dengan menyegel pintu kantor mereka di Jalan Pajaiyang Sudiang Raya, Makassar, Rabu, 6 Juni 2012. Layaknya pengunjuk rasa mahasiswa, mereka juga membakar ban bekas di depan pagar kantor.
Mereka menuntut pencopotan Kepala Balai Arkeologi Makassar Muhammad Husni dan Kepala Subbagian Tata Usaha Nani Somba.
Koordinator aksi, Budianto, mengatakan, aksi ini merupakan akumulasi kekesalan dan kekecewaan mereka terhadap kepemimpinan Husni selama 10 tahun menjabat. “Kami selama ini tidak dapat ruang untuk menyampaikan keluhan kami terkait kepemimpinan Kepala Balai. Setiap ada perwakilan dari pusat yang hadir, kami langsung dikirim ke lapangan,” kata dia.
Budi mengatakan, Husni kerap mengeluarkan surat perintah perjalanan dinas fiktif dalam sebuah proyek penelitian. “Yang ikut meneliti biasanya cuma 5-6 orang, tapi yang ada namanya sembilan orang. Kami tidak tahu sisa uangnya dipergunakan untuk apa,” katanya.
Husni, yang datang ke lokasi aksi, kemudian mengatakan, hal ini sebenarnya hanya kesalahpahaman. Ia kemudian meminta pegawainya untuk membuka segel kantor dan membicarakan persoalan tersebut di tingkat internal di dalam kantor secara kekeluargaan.
Namun permintaan Husni tersebut ditolak pengunjuk rasa yang menginginkan adanya tim mediasi dari pusat dalam penyelesaian masalah tersebut. “Kami tidak akan buka sampai datang tim mediasi dari pusat untuk menyelesaikan masalah ini,” kata Budi.
Muhaeminah, salah seorang pegawai di lingkungan Balai Arkeologi Makassar, yang turut serta dalam aksi itu, mengatakan, Husni kerap berjanji menaikkan anggaran penelitian, tapi tidak pernah ditepati. Ia juga menyayangkan ketidakseriusan Husni dalam memperhatikan nasib pekerja honorer yang belum diangkat menjadi pegawai negeri.
“Di sini ada pegawai honorer yang sudah kerja selama enam tahun tapi belum diangkat-angkat juga. Padahal, di tempat lain, pegawai honorernya lebih cepat diangkat,” kata Muhaeminah.
TRIYARI | HIMAS PUSPITO PUTRA