TEMPO.CO, Jakarta - Lim Sioe Liong tak pernah melupakan kampung halamannya. Setelah sekian tahun merantau, taipan dengan nama Indonesia Sudono Salim ini rutin berkunjung ke Kampung Niu Cay, Kecamatan Hai Gou, Fuqing.
Majalah Tempo pernah mendatangi rumah leluhur Om Liem. Pada edisi 24 November 1990, majalah Tempo menurunkan artikel Di Sini Liem Sioe Liong Lahir.
Rumah Liem Sioe Liong di Kampung Niu Cay, Kecamatan Hai Gou, Fuqing, merupakan rumah yang paling megah di desa itu. Terletak di tanah seluas sekitar 2.000 meter persegi, rumah bertingkat dua itu memang sangat berbeda dengan rumah-rumah lain di Desa Tu yang kebanyakan berdinding batu cadas kelabu. Sepasang patung kielin (binatang keramat Cina) menghiasi puncak rumah itu. Ada juga patung burung hong di pojok atas rumah.
Untuk menuju rumah ini orang harus melintasi jalan batu yang berdebu dan sempit sepanjang tiga kilometer dari jalan besar. Ada dua buah bangunan di halaman yang berpagar tembok setinggi 2,5 meter dengan pintu pagar kayu hitam itu.
Di sebelah kiri ada rumah kecil dari batu cadas yang terdiri dari tiga ruangan, masing-masing 2,5 X 4 meter. Di rumah beratap rendah seluas 30 meter persegi inilah Liem Sioe Liong lahir. Bangunan yang dipertahankan keasliannya itu kini dijadikan tempat tinggal saudara sepupu Liem Sioe Liong, Liem Chu Zhie, yang menjaga rumah. Bangunan utama yang bertingkat itu didirikan pada 1952, dan baru direnovasi pada 1989.
Memasuki ruangan utama, enam buah foto hitam putih berukuran 50 X 60 cm terpasang di dinding, hampir menyentuh langit-langit. Di sebelah kiri foto kakak ipar, ibu, dan nenek Liem Sioe Liong. Di sebelah kanan terpasang foto abang, bapak, dan kakeknya. Seakan melengkapi ke-"modern"-an rumah ini, di bagian kiri rumah yang berlantai tegel cokelat itu ada kamar mandi, lengkap dengan wastafel, kloset, dan bak mandi.
Hampir setiap hari selalu saja ada tamu yang berkunjung ke rumah ini. Mereka datang dari daerah sekitar Fujian. "Sama seperti kalian, mereka datang, melihat, dan bertanya-tanya," kata Chen Ku Che, suami Liem Chu Zhie. Tampaknya mereka datang karena mendengar ketenaran Liem Sioe Liong. Untuk para tamu itu, di ruang tamu yang berukuran 5 X 10 meter itu selalu tersedia apel, jeruk, pisang, rokok, dan tentu saja teh. "Setiap bulan selalu ada kiriman uang dari Hong Kong," tutur Chen Ku Che.
EVAN | PDAT
Berita terkait:
Legenda Sudono 'Om Liem' Salim
Jadi Legenda, Sudono Salim Jaya di Era Soeharto
Setia Kawan, Sudono Salim Tak Lari Kala Soeharto Jatuh
Mengapa "Om Liem" Pilih Nama Sudono Salim
Sudono Salim Sukses di Era Soeharto
Keluarga Masih Bahas Pemakaman Sudono Salim
BCA Bawa Sudono Salim Jadi 12 Bankir Terkaya Dunia