TEMPO.CO, Surabaya - Ketua Pusat Riset Flu Burung Universitas Airlangga C.A. Nidom mengatakan proyek vaksin flu burung telah dikerjakan dengan tuntas dan tidak ada masalah. "Bahkan BPK sudah periksa dan tidak ada penyimpangan di sini," kata Nidom kepada Tempo, Selasa, 19 Juni 2012.
Proyek yang berlangsung pada 2008 hingga 2011 ini melibatkan PT Anugrah Nusantara milik Muhammad Nazaruddin, yang disebut terkait dalam proses penggelembungan biaya (mark-up). Penggelembungan itu terjadi dalam proyek pengadaan fasilitas produksi, riset, dan alih teknologi vaksin flu burung.
Kasus ini juga melibatkan beberapa badan usaha dan individu lain. KPK telah menetapkan Direktur Bina Pelayanan Medik Kementerian Kesehatan Ratna Dewi Umar dan Sekretaris Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik Mulya A. Hasjmy sebagai tersangka.
Sementara itu, selain PT Anugrah, nama Universitas Airlangga dan BUMN PT Bio Farma juga disebut terkait. Universitas Airlangga merupakan tempat didirikannya laboratorium yang membikin vaksin flu burung. Bio Farma adalah perusahaan yang dalam tender dikalahkan oleh Anugrah. Menjadi janggal karena dua perusahaan ini, dalam pengalaman di bidang produksi alat kesehatan, perbandingannya bak langit dan Bumi.
Universitas Airlangga, kata Nidom, sebenarnya telah melakukan penelitian terkait flu burung sejak tahun 2003. Lantas pada tahun 2008, tiba-tiba dirinya diminta melakukan riset oleh Rektor Universitas Airlangga yang bertujuan untuk membuat bakal vaksin flu burung.
"Riset kami lakukan dua kali, pertama dengan anggaran sekitar Rp 1,6 miliar hampir Rp 1,7 miliar, angka persisnya saya lupa," kata Nidom. Sementara riset kedua dengan anggaran Rp 2,4 miliar.
Kedua riset ini, kata dia, dibiayai sepenuhnya oleh Bio Farma. Sedangkan peralatan untuk riset sepenuhnya bantuan dari Kementerian Kesehatan. Nidom sendiri juga tak mengetahui detail proses sampai laboratorium flu burung yang dia pimpin ditunjuk untuk menangani pembuatan bakal vaksin ini.
Yang pasti, Nidom menambahkan, untuk proyek riset yang pertama setidaknya telah menghasilkan bakal vaksin dan telah diserahkan kepada Bio Farma pada November 2009. Bahkan penyerahan bakal vaksin ini, kata dia, saat itu disaksikan secara langsung oleh Wakil Presiden Boediono dan Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih.
"Untuk riset yang kedua juga telah diserahkan kepada Bio Farma pada Agustus 2011 dan disaksikan secara langsung oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono," kata dia.
Nidom mengaku tak tahu-menahu akan macetnya proyek flu burung ini. "Dari kami sudah clear. Kami berharap ini berjalan terus, karena kalau macet di Bio Farma, ya riset selanjutnya juga akan macet," kata Nidom.
FATKHURROHMAN TAUFIQ