TEMPO.CO, Jakarta - PT Bakrie & Brothers Tbk (BNBR) berhasil membukukan pendapatan hingga Rp 16,2 triliun dengan laba bersih sebesar Rp 132 miliar sepanjang tahun lalu. "Ini profit pertama setelah tiga tahun berturut-turut membukukan kerugian," ujar Direktur Utama Bakrie & Brothers, Bobby Gafur Utama, di Jakarta, Rabu, 20 Juni 2012.
Menurut dia, kinerja keuangan perseroan tahun lalu mengalami peningkatan signifikan dalam tiga tahun terakhir. Pada 2010 lalu perseroan membukukan rugi sebesar Rp 6,99 triliun. Namun seiring dengan membaiknya kinerja, akhirnya mereka mulai mendapatkan laba bersih dalam tiga tahun terakhir sekitar Rp 132 miliar. Capaian positif ini berasal dari kenaikan pendapatan sektor perdagangan, jasa, dan investasi dari Rp 8,41 triliun 2010 menjadi Rp 10,55 triliun di 2011. "Laporan keuangan kami memang lebih biru."
Ia mengakui gejolak pasar global yang terjadi hingga saat ini menjadi tantangan perseroan mendapatkan pembiayaan sejumlah proyeknya. Namun sejalan dengan membaiknya kinerja, ia yakin perseroan kembali mendapatkan dana segar. "Kami sudah menyiapkan serangkaian strategi dan optimistis akan bisa menghadapinya."
Untuk mengurangi beban utang, kata dia, perseroan terus melanjutkan upaya pengurangan kewajiban utang dan bunga. Hal ini ditunjukkan oleh menurunnya debt-to-equity ratio (DER) perseroan, dari 93,24 persen di 2010 menjadi 88,03 persen di 2011.
Tahun lalu perseroan berhasil meraih laba usaha sebesar Rp 1,76 triliun, membaik dari kinerja tahun sebelumnya yang merugi Rp 4,01 triliun. Untuk menutup itu BNBR melakukan kuasi reorganisasi untuk menghapus defisit mencapai Rp 34,9 triliun.
Kuasi reorganisasi dilakukan untuk memperbaiki neraca keuangan tanpa melalui reorganisasi nyata. Namun dengan menilai kembali akun aktiva dan kewajiban pada nilai wajar dan mengeliminasi saldo laba negatif.
JAYADI SUPRIADIN