TEMPO.CO , Yogyakarta - Pembatalan rencana pergelaran Jogja Java Carnival 2012 mengundang keprihatinan sejumlah kalangan masyarakat Kota Yogyakarta. Satu di antaranya adalah pelaku pariwisata. “Kami menyayangkan hal itu,” kata Ketua Association of Indonesian Tours and Travel Agency Yogyakarta, Edwin Ismedi Himna, Rabu 20 Juni 2012.
Jogja Java Carnival, menurut dia, merupakan satu upaya menarik wisatawan datang ke Yogyakarta. Sejak digelar pertama kali tahun 2008 event promosi wisata tahunan itu memang belum banyak memberikan sumbangan peningkatan wisatawan.
Namun, selama 4 kali digelar, upaya pembenahan untuk menemukan konsep ideal tentang Jogja Java Carnival terus dilakukan, sehingga event itu diharapkan bisa menarik wisatawan secara efektif. “Baru mau dibenahi kok sudah ditiadakan,” katanya.
Namun ia memaklumi alasan Pemerintah Kota Yogyakarta. “Aturan juga tidak bisa ditabrak,” katanya.
Penyelenggaraan Jogja Java Carnival 2012 dibiayai Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Yogyakarta sebesar Rp 1,5 miliar. Pemerintah menunda penyelenggaraan pada tahun ini karena terganjal Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial.
Anggota Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Yogyakarta, Muhammad Ali Fahmi, menilai penundaan selama setahun sama artinya dengan mengulang kerja yang telah dilakukan selama 4 tahun. “Telanjur rutin digelar (tiap tahun), pasti banyak masyarakat yang menunggu-nunggu,” katanya.
Bahkan, kata dia, perhelatan ini pun ditunggu masyarakat dari luar Yogyakarta. “(Jogja Java Carnival) ini kan sudah masuk promosi internasional,” katanya.
Namun ia menilai pembatalan itu belum final. Pekan depan komisi berencana mengundang pemerintah untuk membahas masalah ini. Termasuk untuk mencari solusi agar Jogja Carnival tetap bisa diselenggarakan.
Legislator Kota Yogyakarta yang lain, Ida Ariyani, mengatakan celah untuk tetap menggelar Jogja Java Carnival bisa diupayakan melalui pembahasan APBD Perubahan. Misalnya saja dengan memindahkan pendanaannya dari pos hibah ke pos yang lain. “Melalui belanja langsung promosi pariwisata,” katanya memberi contoh.
ANANG ZAKARIA