TEMPO.CO, Yogyakarta - Lantaran kekurangan dana untuk menggelar festival penyanyi keroncong remaja, Himpunan Artis Musik Keroncong Republik Indonesia (Hamkri) Daerah Istimewa Yogyakarta ngamen di pelataran Balai Kota Yogyakarta, Jumat, 22 Juni 2012.
Berbekal bas, selo, gitar, cak, dan biola, tujuh pemusik mengiringi lima penyanyi yang bergantian menyanyikan lagu keroncong selama 4,5 jam, dari pukul 07.00 hingga 11.30 WIB. Mereka berasal dari kelompok keroncong "Swara Idaman" di Kabupaten Bantul.
Sekretaris festival, Ari Murti, mengatakan ada 80 kelompok keroncong yang tergabung dalam Himpunan. Mereka tersebar di empat kabupaten dan satu kota di Yogyakarta. "Grup keroncong itu biasa manggung di hajatan pernikahan hingga kafe-kafe," kata perempuan 50 tahun, yang juga menjabat sebagai juru bicara di Himpunan.
Festival Penyanyi Keroncong Remaja, sambung dia, sebenarnya telah diselenggarakan 31 Mei. Dengan total anggaran yang dibutuhkan mencapai hampir Rp 17 juta, festival ini mampu menjaring 63 penyanyi keroncong muda usia SMP dan SMA. "Suaranya bagus-bagus," katanya memberi apresiasi kepada penyanyi keroncong muda.
Sayangnya, panitia hanya mampu mengumpulkan dana sekitar Rp 11 juta. Jadi, saat ini, panitia masih berutang sebesar Rp 5,2 juta. "Masih berutang di pembuatan spanduk, katering, hingga pencetakan proposal," katanya.
Menurut dia, festival itu merupakan bagian untuk melestarikan kesenian bermusik keroncong pada generasi muda. "Kami hanya ingin nguri-nguri (melestarikan) budaya. Nanti kalau diklaim Malaysia, malah ribut," katanya.
Panitia sebenarnya pernah mencoba membuat permohonan bantuan dana kepada pemerintah. Namun, lantaran terganjal adanya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial, permohonan itu tak dapat disetujui. Sebagai solusi, mereka pun akhirnya memutuskan ngamen di sejumlah tempat umum.
Sekretaris Umum Himpunan, Singgih Maryanto, mengatakan, selain di pelataran Balai Kota, upaya menggalang dana itu juga akan dilakukan dengan ngamen di tempat lain. Di antaranya di kompleks Kepatihan Kantor Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta dan kawasan titik nol kilometer Malioboro, pekan depan. Adapun dari ngamen Jumat ini, mereka mendapat dana sebesar Rp 967 ribu.
ANANG ZAKARI