TEMPO.CO , Bandung : -- TNI Angkatan Udara masih menggunakan 20 pesawat latih uzur berusia lebih dari 25 tahun, selain enam Fokker 27-200 yang satu di antaranya jatuh pada Kamis siang lalu.
”Total jumlahnya (pesawat latih uzur) sekitar 26 pesawat,” kata instruktur penerbang pesawat tempur TNI AU pada 1986-1996, Nasrun Natsir, di Bandung Sabtu 23 Juni 2012. “Meski perawatannya bagus, kalau sudah tua, seperti manusia kan ada saja sakitnya.”
Menurut dia, sekitar 20 pesawat tua tersebut dari jenis AS 202 Bravo buatan Swiss-Italia dan T-34 Charlie produk Amerika Serikat. Pesawat-pesawat itu berusia lebih dari 25 tahun, sehingga walau masih layak terbang kerusakan semakin sering ditemukan. ”Kalau sudah 25 tahun, besi juga kan ada tingkat kelenturannya,” ucap Nasrun, yang juga menjabat Direktur Utama Bandung Pilot Academy.
Nasrun menuturkan kelaikan terbang biasanya dilihat berdasarkan usia dan jam pemakaian. Tapi di maskapai penerbangan Indonesia, juga TNI AU, biasanya kelaikan mengacu pada jam pemakaian. Ia mencontohkan pesawat yang baru mengudara selama 100 jam terbang disebut masih baru padahal usianya 20-30 tahun. ”TNI AU harus mengganti pesawat-pesawat tuanya,” ucapnya.
Pesawat AS-202 Bravo dengan nomor registrasi LM-2039 mengalami kecelakaan di Sragen pada 17 September 2009 dan menewaskan pilotnya, Letnan Dua Felig Don Paschoalm Senda Wangge. Sedangkan T-34 Charlie nomor LD-3417 jatuh di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, pada 6 Januari 2012. Sang pilot, Kapten Penerbang Ali Mustofa, tewas.
Fokker 27 nomor penerbangan A2708 yang dipiloti Mayor Penerbang Heri Setiawan jatuh menimpa delapan rumah di perumahan TNI AU di dekat Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, pada Kamis lalu sekitar pukul 14.43 WIB. Sebelas orang tewas dalam kecelakaan itu, termasuk tujuh awak pesawat. Sedianya pesawat yang digunakan sejak 1977 itu mendarat setelah melakukan latihan touch and go. TNI AU pun mengumumkan akan mengandangkan lima Fokker 27 yang tersisa.
Juru bicara TNI AU, Marsekal Madya Azman Yunus, membenarkan bahwa AS-202 Bravo dan T-34 Charlie masih digunakan. "Semua ada di pangkalan di Yogyakarta, digunakan murid di sana," katanya kemarin. Menurut dia, pesawat pengganti akan didatangkan dari Jerman. ”Tapi makan waktu 1-1,5 tahun,” Azman menuturkan.
Menurut Komandan Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma, Marsekal Pertama Adang Supriyadi, peristiwa jatuhnya Fokker 27 cukup menggemparkan karena untuk pertama kalinya pesawat yang berlatih di kawasan Halim jatuh. "Biasanya paling ban pecah. Ganti ban, dan biasanya latihan lagi. Tak sampai seperti itu," katanya.
Ia menyatakan tak mengetahui musabab pesawat jatuh. Tapi Adang memastikan pilot Fokker yang nahas tak melakukan manuver di udara. "Tak ada manuver. Latihan biasa saja.” Tim investigasi akan mengusut penyebab kecelakaan berdasarkan aspek 5M, yakni mesin, misi, manajemen, manusia, dan media.
L ANWAR SISWADI | MARIA YUNIAR | ANANDA P JOBPIE S
Berita terkait
Selama Latihan, Fokker 27 Tidak Lakukan Manuver
TNI AU Masih Punya Dua Jenis Pesawat Latih Uzur
Fokker 27 Diklaim Tak Miliki Kotak Hitam
Angkatan Udara Kandangkan Lima Fokker
Terbang dengan Satu Mesin Tak Masalah Bagi Fokker
Fokker-27 Diduga Terbang Terlalu Rendah
SBY Minta Fokker F-27 Sementara Tidak Diterbangkan