TEMPO.CO, Jakarta - Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) melakukan penyelidikan atas raibnya Ali Azhar Akbar, penulis buku Lumpur Lapindo File: Konspirasi SBY-Bakrie. “Kami mendapat laporan melalui telepon dari penerbit buku Indopetra Publishing atas raibnya Ali," kata koordinator Badan Pekerja Kontras Surabaya, Andy Irfan Junaidi, Selasa, 26 Juni 2012.
Andy mengatakan sejak Jumat pekan lalu, Kontras terus mencari tahu kebenaran raibnya Ali Akbar apakah benar diculik dan apakah terkait dengan aktivitasnya selama ini. Menurut Andy, selama di Jawa Timur Ali tergabung dalam Gerakan Menutup Lumpur Lapindo (GMLL) yang juga diprakarsai oleh pakar ekonomi Universitas Airlangga, Surabaya, Tjuk Kasturi Sukiadi, pengasuh pondok pesantren di Jombang Gus Sholah (Sholahuddin Wahid) dan purnawirawan Letjen (marinir) Suharto.
Bersama Tjuk K. Sukiadi dan Suharto, Ali Azhar Akbar, Selasa, 29 Mei 2012, mengajukan permohonan judicial review ke Mahkamah Konstitusi. Ketiganya mempersoalkan Pasal 18 Undang-Undang Anggaran Pendapatan Belanja Negara Perubahan (APBNP) yang memberikan alokasi anggaran negara untuk penanganan lumpur Lapindo beberapa pekan lalu.
Kata Andy, Ali Azhar Akbar yang lulusan Institut Teknologi Bandung itu juga pernah aktif di jaringan Perguruan Rakyat Merdeka (PRM). Bapak tiga anak itu beberapa kali datang untuk mengikuti diskusi PRM Jawa Timur.
Andy menuturkan Kontras telah melakukan komunikasi dengan teman dekat Ali di Jawa Timur, di antaranya Gus Sholah dan Tjuk Sukiadi. Penjelasan yang diperoleh dari Tjuk, dia sudah beberapa hari ini tidak bisa melakukan kontak dengan Ali. Gus Sholah bahkan mengatakan baru mengetahui raibnya Ali dari media.
Dari penelusuran Tempo, meski Ali adalah penulis skandal Lapindo, banyak aktivis lembaga swadaya masyarakat dan korban Lapindo di Porong tidak mengenalnya. "Kami tahu dia tapi tidak mengenalnya terlalu dekat," kata pendamping korban lumpur Lapindo, Paring Waluyo Utomo.
Sebelumnya Direktur Indopetra Publishing, penerbit buku Lumpur Lapindo File: Konspirasi SBY-Bakrie, menduga Ali hilang. Kecurigaan ini muncul karena pihak penerbit kehilangan kontak sejak lima hari lalu. Seharusnya Ali menjadi pembicara pada acara bedah bukunya di ITB Jumat pekan lalu.
Sementara itu Tjuk K. Sukiadi ketika dihubungi Tempo menyebut Ali Azhar Akbar sebagai anak muda yang gigih memperjuangkan kebenaran. Tjuk mengenal Ali ketika sama-sama aktif memantau semburan lumpur Lapindo sejak 2006. ”Bagi kami yang tua-tua, dia anak muda yang kami anggap layak bergabung bersama kami di GMLL,” ujarnya.
Tjuk mengatakan mencoba mengontak Ali, Jumat. 22 Juni 2012. Saat itu sekitar pukul 08.30 ketika Tjuk sudah berada di Bandara Juanda untuk terbang ke Bandung menghadiri acara bedah buku. Namun tidak ada nada apa pun dari telepon seluler Ali. Setiba di Bandung Tjuk tidak bertemu dengan Ali.
Pertemuan terakhir antara Tjuk dan Ali adalah Jumat, 15 Juni 2012, yakni di kantor Mahkamah Konstitusi. Tjuk belum bisa memastikan ihwal penyebab raibnya Ali. ”Risiko dari sebuah perjuangan itu bisa macam-macam, termasuk diteror, diculik,” ucapnya.
DINI MAWUNTYAS | JALIL HAKIM
Berita Terkait
Hak Pengusaha Korban Lumpur Lapindo Terabaikan
Digugat, Soal Dana Negara untuk Lumpur Lapindo
Kerugian Akibat Lumpur Lapindo Rp 50 Miliar per Hari
Kiemas Ogah Komentari Uang Negara buat Lapindo
6 Tahun Lumpur Lapindo, Siapa Sang Bethara Kala?