TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso mengatakan lembaganya akan menyerap beras petani berapapun hasil surplus di lapangan.
Kendati tidak menargetkan berapa besar penyerapan beras petani tersebut, dia mengungakapkan pemerintah sudah menargetkan stok beras sebesar 1,5 sampai 2 juta ton pada akhir tahun ini.
“Yang jelas kami bertekad berapapun surplus di lapangan pasti akan dibeli,\" kata Sutarto kepada Tempo, Senin, 2 Juli 2012.
Pemerintah, kata dia, telah menargetkan penyediaan beras sebanyak 4,1 juta ton. Jumlah tersebut untuk alokasi beras masyarakat miskin (raskin), bantuan bencana alam dan operasi pasar. Karena itu, Bulog berupaya sebanyak-banyaknya melakukan pengadaan.
Kondisi harga beras saat ini menurut Sutarto, beberapa daerah ada yang masih turun, tapi ada juga yang sudah naik. Namun demikian data BPS menunjukkan, harga gabah dan beras relatif stabil, tapi posisinya selalu di atas harga pembelian pemerintah (HPP).
Hari ini Badan Pusat Statistik (BPS) merilis angka ramalan I 2012 produksi padi yang diperkirakan naik 4,31 persen menjadi 68,59 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) dibanding tahun lalu. Atas angka ramalan ini, Sutarto tidak bisa meyakinkan berapa jumlah impor tahun ini.
“Kami tidak pernah merencanakan impor, yang memutuskan adalah pemerintah. Keputusa impor didasarkan pada analisa perkembangan produksi dan perkembangan harga,” jelasnya.
Penghitungan dia, Bulog akan menggelontorkan beras sebesar 3,1 juta ton hanya untuk penyaluran beras untuk rakyat miskin (raskin) 12 kali. Jika raskin disalurkan hingga 13 kali dalam setahun maka dibutuhkan stok beras 3,3 juta ton. Penyaluran raskin per bulan ditetapkan sebesar 260 ribu ton.
“Belum lagi ditambah cadangan untuk Operasi Pasar danbencana alam. Operasi Pasar saja sudah kami salurkan 220 ribu ton, dan untuk bencana alam 50 sampai 100 ribu ton,” katanya.
Sementara itu, Guru Besar Pertanian dari Institut Pertanian Bogor (IPB), Bungaran Saragih mengatakan, peningkatan produksi tahun ini harusnya berimplikasi pada penurunan harga beras di pasar.
\"Kenaikan produksi padi sekitar 2 persen saja seharusnya sudah bisa membuat harga beras turun. Apalagi sekarang produksi naik di atas 4 persen,” jelasnya.
Dia mengingatkan pemerintah untuk berhati-hati dalam produksi selama 6 bulan mendatang. dia menyebutkan, saat ini sudah memasuki musim kering, dan diramalkan akan terjadi El-Nino. Pemerintah, lanjutnya, juga dianggap selalu mengeluarkan data peningkatan produksi padi saat menjelang pemilihan umum.
“Padahal data peningkatannya sangat tinggi dari kemampuan peningkatan rata-rata umumnya. Jadi keakuratan data tersebut diragukan,” ujar dia.
BPS juga merilis adanya kenaikan harga beras Juni ini. Kepala BPS Suryamin mengatakan, kenaikan harga beras dipicu oleh kenaikan harga gabah. Harga Gabah Kering Panen (GKP) rata-rata sebesar 0,67 persen menjadi Rp 3860,73 per kilogram. Sedangkan harga Gabah Kering Giling naik 2,08 persen menjadi Rp 4.345,36 per kilogram.
ROSALINA
Berita lain:
Dahlan Iskan Dinilai Genit Mengejar Popularitas
Bom Waktu Dahlan Iskan
Serangan Balik terhadap Dahlan Iskan
Dahlan Iskan Seperti Koboi Mencari Lawan
Kronologi Zig-zag ala Dahlan Iskan
Dahlan Iskan, Mayat dan Kuntilanak
Chatib Basri: Investor Tidak Bisa Dibohongi
BI Siapkan Aturan Bank Tanpa Cabang
Amerika Serikat dan Afrika Lakukan Perawatan Pesawat di Indonesia
Pekan Krusial Bagi Rupiah