TEMPO.CO, Jakarta - Menusukkan jarum pada jari atau telinga pasien yang tiba-tiba terserang stroke ternyata bukan suatu tindakan yang terbukti ampuh sebagai pertolongan pertama. Menurut dokter spesialis syaraf dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Eka Harmeiwaty, darah pada pasien stroke belum tentu keluar dan mengurai stroke yang sudah menyerang.
"Karena tergantung dari sebab strokenya apa. Kalau karena pendarahan, jari-jarinya ditusuk jarum tidak akan berpengaruh. Begitu pula pada stroke yang karena penggumpalan, belum tentu setelah ditusuk jari-jarinya bisa mengurai gumpalan itu. Bisa juga nusuk jarumnya tidak benar," ujar Eka Harmeity dalam peluncuran obat pencegah stroke, Rivaroxaban, di Hotel Intercontinental, Jakarta, Kamis, 5 Juli 2012.
Eka menjelaskan, tusukan jarum pada jari-jari memang metode yang dilakukan pada pertolongan zaman dahulu sebelum obat-obatan stroke tersedia. Namun metode ini sudah tidak relevan, mengingat kesempatan mengurai stroke hanya tersedia dalam waktu tiga jam. Sebaiknya waktu tiga jam itu dimanfaatkan untuk membawa pasien ke rumah sakit terdekat yang memiliki peralatan lengkap untuk menangani stroke, salah satunya adalah CT Scan.
"Bisa diperhitungkan secara logis, lima menit pertama gunakan untuk mengobservasi. Satu jam sampai setengah jam digunakan untuk membawa pasien ke rumah sakit terlengkap dan terdekat. Bayangkan, berapa waktu yang dimiliki dokter untuk menangani pasien. Padahal mereka hanya punya waktu tiga jam," ujar ahli jantung yang juga Sekretaris Perkumpulan Hipertensi Indonesia, Santoso Karo Karo, di tempat yang sama.
Selain itu, pasien sebaiknya mengenali gejala stroke, seperti tubuh terasa kebas dan semutan sebelah, mulut miring, lidah menjadi cadel, kehilangan kesadaran, saat diajak berkomunikasi tidak memberikan respon, pandangan mata menjadi kabur atau berbayang.
CHETA NILAWATY