TEMPO.CO, Bakauheni - Ribuan kendaraan dari berbagai jenis terjebak dalam kemacetan panjang, Jumat, 6 Juli 2012. Antrean kendaraan hingga enam kilometer dari pintu gerbang pelabuhan. ''Penumpukkan kendaraan terjadi sejak Senin, 2 Juli 2012 lalu atau setelah ribuan warga memblokir Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum)," kata Manajer Operasional PT Indonesia Ferry, Heru Purwanto, di ruang kerjanya, Jumat, 06 Juli 2012.
Heru mengatakan terjadi lonjakan jumlah kendaraan yang hendak melintasi Selat Sunda. Lonjakan itu dipicu menjelang berakhirnya musim liburan dan memasuki bulan Ramadan. "Ada kenaikan sekitar 30 persen dari hari biasa. Sementara jumlah kapal yang beroperasi terbatas," katanya.
Sejak awal pekan lalu, PT Indonesia Ferry hanya melayani 24 kapal jenis roll on-roll off. Idealnya jumlah kapal yang harus beroperasi sekitar 30 unit. "Seluruh areal parkir di pelabuhan penuh. Antrean di Jalinsum dan Jalan Lintas Pantai Timur (Jalinpantim) Lampung tidak bisa dihindari,'' katanya.
Dia menjanjikan, dalam dua hari, kemacetan akan terurai. Sore nanti, dua kapal yang menjalani perawatan sudah mulai beroperasi. "Kapal Jatra I dan BSP I sudah mulai beroperasi. Waktu pelayanan juga dipercepat,'' katanya.
Kemacetan yang terjadi hampir sepekan itu sangat dikeluhkan para sopir. Mereka harus mengeluarkan biaya tambahan untuk hidup selama terjebak kemacetan. ''Saya sudah dua hari terjebak antre. Alasan kemacetan tidak jelas, karena kondisi semacam ini kerap terjadi,'' kata Ferdy Harisman, sopir asal Bengkulu.
Ferdy berharap kemacetan cepat teratasi. Petugas pelabuhan diminta tidak bermain dalam kemacetan. ''Jangan ada lagi cerita jalur tembak seperti yang sudah-sudah,'' katanya.
Sementara itu, Kepolisian Resor Lampung Selatan mengalihkan arus lalu lintas dari Pelabuhan Bakauheni ke Jalan Lintas Pantai Timur. Langkah itu untuk mencegah kemacetan di pintu masuk dan keluar pelabuhan yang berada di mulut Jalinsum dan Jalinpantim.
NUROCHMAN ARRAZIE