TEMPO.CO, Watampone - Ratih, 32 tahun, seorang ibu yang telah memiliki enam orang anak diikat di tiang jemuran pakaian oleh sejumlah warga Kelurahan Panyula, Kecamatan Tanete Riattang Timur. Tak hanya itu, ibu yang berstatus janda itu rambutnya dicukur habis oleh warga setempat. Dia juga dihajar sampai babak belur oleh warga.
Kejadian itu berawal saat Ratih ditemukan oleh warga saat berusaha membuka gembok kios milik Andi Natsir dengan menggunakan besi dan golok, Sabtu dini hari kemarin.
Saat itu, kios Andi Natsir sedang tidak dihuni oleh pemiliknya. Aksi Ratih diketahui oleh tetangga pemilik kios bernama Faisal yang kemudian memberi tahu warga lainnya, hingga warga berkumpul puluhan orang.
Ratih berusaha meloloskan diri dari warga tapi gagal. Warga kemudian menghakimi Ratih, hingga babak belur dan mengikatnya pada sebuah tiang yang berada di sekitar kios tempatnya akan beraksi. Warga juga mengamankan sepeda motor Honda Beat milik Ratih.
Pihak Kepolisian Sektor Kota Watampone yang menerima laporan tersebut langsung menuju tempat kejadian perkara, tapi polisi tidak bisa langsung mengamankan Ratih karena warga menghalangi polisi agar tidak mengamankan Ratih. Setelah beberapa jam polisi melakukan pendekatan persuasif kepada warga, akhirnya warga bersedia melepas Ratih dari ikatan di tiang. Polisi langsung melarikan Ratih ke Klinik Bhayangkara Watampone untuk mendapat penanganan medis.
"Polisi telah mengamankan korban dan memberikan perawatan medis karena korban babak belur akibat dihakimi warga," ujar Kepala Kepolisian Sektor Watampone, Komisaris Ali Syahban. Sementara ini, kata dia, polisi masih melakukan penyelidikan terhadap dugaan upaya pencurian oleh Ratih.
"Kami selidiki dulu karena tidak bisa kami tahan. Sebab tidak ada barang bukti kalau ia mencuri," ujar Ali Syahban.
Ali Syahban mengatakan menjelang pelaksana bulan suci Ramadan aksi pencurian cenderung meningkat. Ia mengimbau kepada masyarakat agar selalu berhati-hati dan tidak perlu memakai perhiasan emas berlebihan kalau mau ke pasar atau ke tempat-tempat umum.
ANWAR MARJAN