TEMPO.CO, Yogyakarta - Kerugian akibat maraknya penggunaan software atau perangkat lunak komputer mencapai US$ 1,46 miliar atau Rp 12,8 triliun. Pada April 2012, International Data Corporation merilis Indonesia menempati peringkat kesebelas dengan peredaran software bajakan sebesar 86 persen.
"Akibat tingkat pembajakan yang tinggi itu, nilai komersial software legal di Indonesia hanya US$ 239 juta saja," kata Sekretaris Jenderal Masyarakat Indonesia Anti-Pembajakan (MIAP) Justisiari P. Kusumah di Yogyakarta, Senin, 9 Juli 2012.
Indonesia juga masuk 20 negara tertinggi dalam urusan pembajakan perangkat lunak itu. Tingginya angka pembajakan itu berdampak negatif terhadap negara, antara lain potensi penerimaan negara yang hilang di sektor pajak, hilangnya peluang kerja, dan kurangnya kreativitas membuat software sendiri. Juga menurunnya daya saing bagi industri kreatif di Indonesia dari negara-negara yang menjadi mitra dagang Indonesia.
Menurut MIAP, berdasarkan studi dampak pemalsuan terhadap perekonomian Indonesia yang dilakukan bersama Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Universitas Indonesia, pada 2010, produk software ilegal menjadi salah satu produk yang banyak digunakan konsumen, yaitu mencapai 34,1 persen.
Maka, kata Justisiari, MIAP, kepolisian, dan pengelola mal melakukan program "Mal IT Bersih" atau Clean IT Mall Program. Program itu dilaksanakan mulai Juli hingga November 2012. Program itu dilakukan di beberapa kota besar di Indonesia, yaitu di Yogyakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, dan Makassar.
Kegiatannya adalah sosialisasi dan edukasi dengan talk show dan pendistribusian poster anti-pembajakan di mal-mal. Juga perencanaan program MASLI Award atau penghargaan Mal Peduli Asli. Selain itu, juga ada kunjungan ke perusahaan-perusahaan anggota Asosiasi Pengusaha Indonesia.
Menurut Muhammad Adri, Direktur Penyidikan Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, sosialisasi program Mal IT Bersih sebagai salah satu upaya penegakan hak kekayaan intelektual. "Pembajakan justru menurunkan kreativitas," kata dia.
MUH SYAIFULLAH