TEMPO.CO, Jakarta - Sosok rekaan Kabayan, kembali akan saba (turun) kota. Tak tanggung-tanggung, Kabayan kali ini akan ke Jakarta untuk menjadi calon presiden. Alkisah, ia berhasil jadi presiden, tapi akhirnya dijatuhkan oleh kabinetnya sendiri.
Lakon berjudul 'Kabayan Jadi Presiden' itu rencananya akan dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Jakarta, pada 13-15 Juli 2012. Didi Petet akan menjadi sutradara, sekaligus menjadi tokoh Kabayan tua. Kabayan muda diperankan oleh Oni. Sedangkan tokoh utama Kabayan sepanjang pertunjukan 2,5 jam itu dilakonkan oleh seniman Tisna Sanjaya.
"Jadi akan ada tiga Kabayan di panggung," ujar tim kreatif dan anggota penulis naskah, Aat Suratin kepada Tempo di Bandung, Senin, 9 Juli 2012. Kabayan muda dan tua itu akan muncul untuk memberi pandangan kepada Presiden Kabayan sesuai masa hidup mereka.
Menurut Aat, lakon yang ditulisnya bersama Agus Noor tersebut berkisah tentang sosok pemimpin jujur yang dibutuhkan masyarakat. Kabayan, sosok orang kampung yang lugu dan jujur, didesak menjadi presiden oleh berbagai pihak, termasuk tokoh partai politik dan Aa Gym, yang diperankan Argo yang terkenal sebagai Aa Jimmy di televisi.
Semula Kabayan menolak, juga Nyi Iteung yang akan diperankan oleh Peggy Melati Sukma. Namun, akhirnya Kabayan luluh dan berhasil terpilih jadi presiden. Namun di Istana Negara, Kabayan tak disukai para menterinya.
Pemangkasan berbagai proyek yang biasa digarap para menteri, membuat Kabayan terjungkal dari kursi pemimpin negeri. Kabayan akhirnya lengser dan kembali pulang ke kampung. "Inti ceritanya bukan pesimis, tapi ingin mengajak masyarakat untuk memilih pemimpin yang tepat," ujarnya.
Kelompok pementasan itu baru mulai berkumpul dan berlatih di Gedung Indonesia Menggugat, Senin sore, 9 Juli 2012. Mereka adalah Tisna Sanjaya, Aa Jimmy, dan sejumlah pemain musik Karinding Attack. Pemeran lain seperti Joe P-Project, akan menyusul.
Pementasan yang termasuk dalam Program Indonesia Kita gagasan Djaduk Ferianto, Butet Kartaradjasa, dan Agus Noor, tersebut juga menyelipkan lagu, tarian, dan humor. Sebelumnya, kata Aat, program acara itu digelar berkala secara etnik untuk mengangkat budaya Jawa Tengah, Jawa Timur, Maluku, Melayu, dan Kalimantan.
ANWAR SISWADI