TEMPO.CO, Jakarta - Bupati Buol, Sulawesi Tengah, Amran Batalipu, membenarkan menerima duit dari perusahaan milik Siti Hartati Murdaya, PT Cipta Cakra Murdaya dan PT Hardaya Inti Plantation. Namun uang tersebut adalah sumbangan untuk pemenangan Amran dalam pemilihan kepala daerah Buol.
"Itu sumbangan untuk pelaksanaan pilkada," kata pengacara Amran, Amat Y. Entedaim, kepada Tempo, Rabu, 11 Juli 2012.
Menurut Amat, bukan hanya kliennya yang mendapat sumbangan dari perusahaan milik Hartati dalam kepentingan pemenangan pilkada. Namun diduga ada juga kandidat lainnya. Bahkan perusahaan Hartati kerap menyumbang pasangan calon tertentu di daerah perusahaan tersebut berkiprah.
Pilkada Buol digelar 4 Juli lalu, diikuti empat pasangan calon. Amran menjadi kandidat bupati incumbent berpasangan dengan Machmud Baculu. Namun perhitungan sementara, Amran kalah dari pasangan Amiruddin Rauf—Syamsuddin Kuloi.
Suap terhadap Bupati Amran terungkap saat Komisi Pemberantasan Korupsi menangkap General Manager PT Hardaya Inti Plantation, Yani Anshori, di vila milik Amran, 26 Juni lalu. Kala itu Amran berada di lokasi. Tapi pengawal politikus Partai Golkar tersebut melawan, sehingga bos mereka bisa kabur. Bahkan mobil Amran menabrak sepeda motor petugas KPK.
Sebulan kemudian, komisi antirasuah menjemput paksa Amran di kediamannya karena mangkir pemanggilan sebagai tersangka. KPK menduga kuat Amran menerima suap sebesar Rp 3 miliar terkait dengan penerbitan hak guna usaha perkebunan sawit PT Cakra Murdaya dan PT Hardaya Inti di Kecamatan Bukal.
Dua anak buah Hartati, Anshori dan Gondo Sudjoyo, juga dijadikan tersangka, berperan memberi suap. Gondo sendiri dicokok KPK di Bandara Soerkarno-Hatta sehari setelah Anshori tertangkap.
Amat menampik total uang tersebut. "Jumlahnya belum ketahuan," kata dia. Namun yang pasti, kata Amat, uang tersebut sudah tersalurkan kepada masyarakat.
Hartati pun membantah dia memerintahkan bawahannya menyuap Amran. Tapi anggota Dewan Pembina Partai Demokrat itu membenarkan perusahaannya memberikan bantuan sosial kepada Bupati Buol terkait dengan pengamanan bisnis perusahaannya.
“Saya ini apa tipe tukang suap sih? Hardaya sebagai perusahaan paling besar di sana diharapkan memberi sumbangan bagi Pemda,” kata Hartati, Jumat, 6 Juli lalu.
Hartati juga pernah bertemu Amran di Jakarta. Amran, kata dia, menagih uang sumbangan kepadanya untuk warga Buol. Hartati pun memenuhi permintaan Amran dengan harapan dapat menyelesaikan masalah keamanan perusahaannya di Buol.
KPK sedang mengembangkan pengusutan kasus suap ini ke berbagai pihak, termasuk sumber dana suap tersebut. "Tidak tertutup kemungkinan pihak-pihak lain akan dijadikan tersangka," kata Wakil Ketua KPK Bambang Widjojanto. KPK dalam waktu dekat akan memeriksa Hartati. Dia juga sudah dicegah keluar negeri. Juru bicara KPK, Johan Budi SP, mengatakan jadwal pemeriksaannya belum ditetapkan.
RUSMAN PARAQBUEQ