TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Jenderal Kereta Api Kementerian Perhubungan Tundjung Inderawan menyatakan, investasi Rusia di bidang kereta api masih menunggu hasil studi kelayakan. Menurut Tundjung, kajian tersebut sedang digarap investor Rusia. “Sudah ada dalam MoU antara Rusia dan Indonesia soal pembangunan jalur rel kereta api itu,” kata Tundjung kepada Tempo, Rabu, 11 Juli 2012.
Pemerintah Rusia melalui Russian Railway menyatakan ketertarikannya untuk berinvestasi di jalur kereta di Kalimantan. Rusia mengemukakan akan menanam duit senilai US $ 2 miliar (Rp 18,86 triliun) untuk proyek sepanjang 180 kilometer tersebut.
Pembangunan, kata Tundjung, akan dilakukan sekitar awal 2013. Soalnya hasil studi kelayakan diperkirakan selesai pada akhir 2012. Jadwal tersebut juga muncul dalam nota kesepahaman. “Tapi mereka juga sudah beberapa kali memberikan laporan secara informal,” ujarnya.
Tundjung menyatakan, pembangunan jalur kereta di Kalimantan tidak bisa disamakan dengan daerah lainnya. Sebab, tekstur tanah Kalimantan berbeda dengan daerah lainnya di Indonesia. “Jadi kalau untuk jalur kereta harus lebih spesifik, jembatannya juga harus lebih lebar,” kata dia.
Karena itu, Tundjung menyatakan biaya yang dibutuhkan untuk membangun jalur kereta api Kalimantan lebih besar dibanding daerah lainnya. Sebagai perbandingan, kata Tundjung, satu kilometer jalur kereta api di Pulau Kalimantan membutuhkan dana sebesar Rp 50 miliar, lebih mahal ketimbang biaya di Pulau Jawa yang membutuhkan RP 30 miliar. “Dan itu belum termasuk biaya pembebasan lahan dan sebagainya, hanya sebatas jalur saja,” ujarnya.
Menurut Tundjung, proyek kereta di Kalimantan ini proyek yang sangat besar. Soalnya, jalur yang akan dibangun sepanjang 130 kilometer. “Jadi dana yang dibutuhkan sekitar Rp 6,5 triliun,” katanya.
Tundjung meyakini pembangunan rel itu tidak akan merusak lingkungan yang ada. Karena pembangunan mempertimbangkan aspek lingkungan. “Jadi kalau ada hutan lindung yang tidak akan diterobos oleh jalur kereta itu,” ujarnya.
Tundjung juga menjamin jika pembangunan jalur kereta itu tidak akan mengubah kondisi lingkungan di sekitar rel kereta api. “Jadi kalau di sekitarnya ada perkampungan ya tetap akan dipertahankan, jika ada pohon kelapa sawit tetap akan ada pohon kelapa sawit, tidak akan berubah jadi real estate,” katanya.
DIMAS SIREGAR